Thursday, June 5, 2014

Iman Pemimpin Pemerintahan Masa Kini

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup ini mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan. Namun di manakah sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua?
            Sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yang disertai dengan amal shaleh yang dapat menghantarkan kita baik sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu. “Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki-laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
            Dengan iman umat Islam generasi pendahulu mencapai kejayaan berhasil merubah keadaan duni dari kegelapan menjadi terang benderang. Dengan iman masyarakat mereka menjadi masyarakat adil dan makmur. Para umara’ melaksanakan perintah Allah para ulama beramar ma’ruf dan nahi mungkar dan rakyat saling tolong-menolong atas kebajikan dan kebaikan. Kalimatul Haq mereka junjung tinggi tiada yang mengikat antar mereka selain tali persaudaraan iman.
            Namun setelah redup cahaya iman di hati kita lenyaplah nilai-nilai kebaikan diantara kita. Masyarakat kita pun menjadi masyarakat yang penuh dengan kebohongan kesombongan kekerasan individualisme keserakahan kerusakan moral dan kemungkaran. “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak merubah sesuatu ni’mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum sehingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri?..”Dengan memohon ma’unah Allah makalah singkat ini mencoba menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan topik tersebut di atas.
            Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
            Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompokharuslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
            Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
            Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
            Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik. Sesungguhnya pemimpin adalah cermin dari rakyatnya.
            Seolah telah menjadi sunatullah, bahwa pemimpin yang ditunjuk untuk mengatur suatu rakyat, sifatnya tidak jauh dari rakyatnya. Karena pada awalnya setiap pemimpin adalah rakyat, yang kemudian dia ditunjuk untuk mengurusi masyarakatnya.
            Oleh karena itu, jika kita berharap ingin memiliki pemimpin yang baik, jadilah rakyat yang baik. Sebaliknya, ketika umumnya rakyat adalah masyarakat yang dzalim hampir bisa dipastikan, pemimpinnya tidak jauh dari sifat itu.
Allah berfirman:
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Demikianlah kami jadikan sebagaian orang zalim sebagai pemimpin bagi orang zalim yang lain, disebabkan perbuatan maksiat yang telah mereka lakukan.” (QS. Al-An’am: 129).
            Mari kita perhatikan, sebab utama Allah menunjuk orang dzalim sebagai pemimpin adalah perbuatan maksiat yang pernah dilakukan oleh rakyatnya. Karena sejatinya, perbuatan maksiat termasuk bentuk kedzaliman.
            Seperti itulah keadaannya, seorang pemimpin tidak akan jauh dari sifat rakyatnya kalau rakyatnya mempunyai mental maling maka pemimpinnya pun juga memiliki mental maling karena pada awalnya dia juga seorang rakyat.
            Lalu apa buktinya kalau mayoritas rakyat indonesia memiliki mental maling?
            Sudah menjadi kebiasaan mayoritas rakyat indonesia kalau menemukan barang hilang atau barang temuan pasti akan langsung diambil. Padahal barang temuan tersebut bukan miliknya dan syariat islam tidak mengajarkan untuk mengambil barang tersebut untuk dimiliki.
            Mereka tidak sadar bahwa barang tersebut nanti di hari kiamat pasti akan diminta kembali oleh pemiliknya dan pada hari itu tidak ada dinar atau dirham untuk menggantikan barang temuan yang telah diambilnya. Mereka menggantinya dengan pahala yang dimilikinya atau kalau tidak punya pahala maka dosa yang punya barang hilang tersebut akan dilimpahkan kepada orang yang mengambil barang temuan tersebut.
            Rasulullah bersabda :
Siapa saja yang pernah menganiaya saudaranya, baik kehormatannya maupun sesuatu yang lain, hendaknya ia minta ma’af sekarang juga sebelum datang saatnya dimana pada waktu itu Dinar dan Dirham ( Uang ) tidak berguna. Jika tidak, maka apabila ia mempunyai amal shaleh maka amalnya akan diambil sesuai dengan kadar penganiayaan yang pernah dilakukannya. Apabila ia tidak mempunyai lagi amal shaleh maka kejahatan orang yang dianiaya itu diambil dan dilimpahkan kepadanya.”[1]
            Pada dasarnya mayoritas rakyat indonesia punya kebiasaan seperti itu karena bodohnya mereka dalam perkara agama. Syariat islam telah menjelaskan tentang hukum barang temuan namun masyarakat enggan untuk mempelajarinya.
            Jadi kalau kita ingin mendapatkan pemimpin atau pejabat yang jujur dan adil maka kita harus merubah diri kita dan keluarga kita untuk selalu bertaqwa kepada Allah dan seseorang tidak akan bisa bertaqwa tanpa ilmu.
            Oleh karena itu, maka disini penulis akan membahas tentang pemimpin masa kini dengan segala permasalahan yang menimpanya.
.





1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apakah pengertian iman ?
1.2.2 Apakah karakteristik iman?
1.2.3 Bagaimanakah tingkatan iman itu?
1.2.4 Apakah pengertian pemimpin?
1.2.5 Apakah pengertian kepemimpinan?
1.2.6 Apa saja teori kepemimpinan?
1.2.7 Bagaimana pemimpin dan kepemimpinan menurut islam?
1.2.8 Siapa saja pemimpin pemerintahan yang tersandung masalah?


1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian iman.
1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik iman.
1.3.3 Untuk mengetahui tingkatan iman.
1.3.4 Untuk mengetahui pengertian pemimpin.
1.3.5 Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.
1.3.6 Untuk mengetahui teori kepemimpinan.
1.3.7 Untuk mengetahui pemimpin dan kepemimpinan menurut islam.
1.3.8 Untuk mengetahui Siapa saja pemimpin pemerintahan yang tersandung masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Iman
            Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak orientasi pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau lazimnya di sebut “qalbu”. Hati merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa dalam diri manusia terdapat dua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya pincang atau salah satu di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang bernama manusia.
            Iman menurut bahasa adalah membenarkan dengan hati atau percaya, sedangkan menurut syara’ iman itu bukanlah suatu angan-angan akan tetapi apa yang telah mantap dalam hati dan dibuktikan lewat amal perbuatan. Hal ini tercermin dalam salah satu hadis Nabi yang berikut ini:
            Terjemahnya:
“Iman itu bukanlah dengan angan-angan tetapi apa yang telah mentap di dalam hatimu dan dibuktikan kebenarannya dengan amal”.
            Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia dikatakan bahwa:
“Iman secara bahasa berasal dari kata anamah yang berarti menganugrahkan rasa aman dan ketentraman, dan yang kedua masuk ke dalam suasana aman dan tentram, pengertian pertama ditunjukkan kepada Tuhan, karena itu salah satu sifat Tuhan yakni, al-Makmun, yaitu Maha Memberi keamanan dan ketentraman kepada manusia melalui agama yang diturunkan lewat Nabi. pengertian kedua dikaitkan dengan manusia. Seorang mukmin (orang yang beriman) adalah mereka memasuki dalam suasana aman dan tentram menerima prinsip yang telah ditetapkan Tuhan”.
            Dari beberapa keterangan di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai bahan referensi bahwa pengertian bahwa iman adalah keyakinan yang kuat dan kepercayaan penuh terhadap suatu subjek, gagasan dan doktrin. Dengan kata lain, tidaklah sempurna iman seseorang kalau hanya menyakini dengan hati tanpa dibarengi dengan amal perbuatan.
            Sedangkan menurut Istilah, Ali Mustafa al-Ghuraby menyatakan:
“Sesungguhnya Iman itu adalah ma’rifah dan pengakuan kepada Allah swt Dan Rasul-Rasul-Nya (atas mereka keselematan)”.
            Dan menurut Jumhur Ulama yang dikemukakan oleh al-Kalabadzy:
”Iman itu adalah perkataan, perbuatan dan niat, dan arti niat adalah pembenaran”.
            Dari definisi bahasa dan istilah diatas. Maka dipahami bahwa para pakar sepakat bahwa iman adalah pembenaran dengan hati. Adapaun mengenai ucapan dan pengamalan anggota badan, maka sebagian ulama memasukkannya sebagian dari pada iman sedang lainnya menempatkan sebagai kelengkapan saja.
2.2 Karakteristik Iman
            Adapun karakteristik iman sebagai berikut.
1. Mereka menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih mereka cintai daripada anak,isteri,harta benda dan segalanya.
            “Katakanlah: “jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”(QS.9:24)


2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad.
            Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. (QS.9:44-45)
3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya memanggil mereka untuk melaksanakan suatu perbuatan.
            “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(QS.24:51)
4. Mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dlm setiap persoalan/permasalahannya.
            “Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”(QS.4:65)
5. Mereka memiliki iman yg mantap, tidak dicampuri dgn keragu-raguan sedikitpun dan keimanannya dibuktikan dengan berjihad di jalan Allah dgn harta & jiwanya.
            “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang yakin(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS.49:15)
6. Mereka taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri serta mengembalikan seluruh persoalan yg mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah rasulullah.
            “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya,dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.4;59)
7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya bergetar, imannya bertambah, tetap menjalankan shalat,berzakat.
            “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rezki(nikmat) yang mulia. (QS.8:2-4)
8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan tegas kepada kaum kafir.
            “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. “(QS.5:54)
9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-Nya
            “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. “(QS.33:36)
2.3 Tingkatan Iman
1. Iman yang terbit daripada “Taklid”
            Hasil daripada mengikuti faham orang lain,contohnya mengikut apa yang dikatakan dan diajarkan oleh para Guru. Iman ini sangat lemah kerana tiada bukti dan hujah dapat dikemukakan oleh seseorang itu apabila timbul keraguan.Hanya berpandukan penerangan sesorang itu saja.
2. Iman yang tebit daripada “Ilmu”.
            Hasil daripada pembelajaran mengenai dalil-dalil dan hujah-hujah yang berpandukan Al-Quran,hadis dan para Ulama. Siapa yang telah mencapai tingkatan iman ini,mereka akan merasa yakin dan mampu untuk menerangkan dan menghayati hakikat iman itu sendiri.
3. Iman yang terbit daripada “Ayan”(ainun-mata).
            Hasil daripada “muraqabatullah” yaitu rasa senantiasa diperhatikan oleh Allah dalam apapun  keadaan sekalipun. Tingkatan ini dikurniakan oleh Allah kepada insan yang terpilih saja
4. Iman yang terbit daripada “Hak”.
            Hasil daripada “musyahadatullah” iaitu dapat melihat Allah dengan mata hati. Juga dikurniakan kepada insan terpilih saja.


5. Iman yang terbit daripada “Hakikat”.
            Hasil daripada “fana’unfillah” iaitu tiada melihat selain dari Allah SWT. Para Wali Allah hanya dapat mencapai sehingga ke tingkatan iman ini. Dimana mereka menjadi fana’ kepada Allah dan tidak dapat menyedari dan mengawalnya.
6. Iman yang terbit daripada “Hakikatul hakikat”.
            Juga hasil daripada “fana’unfillah” tetapi tingkatan ini hanya dikurniakan oleh Allah kepada para Anbia sahaja. Dimana para nabi dan Rasul fana’ kepada Allah dengan dapat melihat zat Allah itu tetapi masih mampu untuk mengawalnya dan hidup seperti manusia biasa. Seperti Rasulullah dapat melihat syurga dan neraka ketika Isra’ dan Mi’raj, tetapi masih turun kebumi dan dapat hidup seperti manusia biasa.
2.4 Pengertian Pemimpin
            Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
            Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
•Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
•Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
•Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
•Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
•Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
•Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
§  Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
§  Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
§  Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
            Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.


2.5 Pengertian Kepemimpinan
            Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
            Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
            Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.
2.6 Teori kepemimpinan
            Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
            Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
            Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
            Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
            a. Kecerdasan
            Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
           
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
            Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
            c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
            Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
            d. Sikap Hubungan Kemanusiaan
            Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya
            Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
            Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
            Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
            Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
            Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
            Teori Kewibawaan Pemimpin
            Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
            Teori Kepemimpinan Situasi
            Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
            Teori Kelompok
            Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
            Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu.
            Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
            Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
Otokratis
            Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
Partisipasif
            Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
Demokrasi
            Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
Kendali Bebas
            Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
            Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
            Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
            Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
            Menurut Hersey dan Blanchard[2], masing – masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
            Directing
            Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
            Coaching
            Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
            Supporting
            Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
            Delegating
            Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
2.7 Pemimpin dan Kepemimpinan Menurut Islam
            Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan dua elemen yang saling berkaitan. Artinya, kepemimpinan (style of the leader) merupakan cerminan dari karakter/perilaku pemimpinnya (leader behavior). Perpaduan atau sintesis antara “leader behavior dengan leader style” merupakan kunci keberhasilan pengelolaan organisasi; atau dalam skala yang lebih luas adalah pengelolaan daerah atau wilayah, dan bahkan Negara.
            Banyak pakar manajemen yang mengemukakan pendapatnya tentang kepemimpinan. Dalam hal ini dikemukakan George R. Terry (2006 : 495), sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok secara sukarela.”
            Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kepemimpinan ada keterkaitan antara pemimpin dengan berbagai kegiatan yang dihasilkan oleh pemimpin tersebut. Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempersatukan orang-orang dan dapat mengarahkannya sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh seorang pemimpin, maka ia harus mempunyai kemampuan untuk mengatur lingkungan kepemimpinannya.
            Kepemimpinan menurut Halpin Winer yang dikutip oleh Dadi Permadi (2000 : 35) bahwa : “Kepemimpinan yang menekankan dua dimensi perilaku pimpinan apa yang dia istilahkan “initiating structure” (memprakarsai struktur) dan “consideration” (pertimbangan). Memprakarsai struktur adalah perilaku pemimpin dalam menentukan hubungan kerja dengan bawahannya dan juga usahanya dalam membentuk pola-pola organisasi, saluran komunikasi dan prosedur kerja yang jelas. Sedangkan pertimbangan adalah perilaku pemimpin dalam menunjukkan persahabatan dan respek dalam hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya dalam suatu kerja.”
            Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan: bahwa kepemimpinan adalah “proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.” Dari defenisi kepemimpinan itu dapat disimpulkan bahwa proses kepemimpinan adalah fungsi pemimpin, pengikut dan variabel situasional lainnya. Perlu diperhatikan bahwa defenisi tersebut tidak menyebutkan suatu jenis organisasi tertentu. Dalam situasi apa pun dimana seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, maka sedang berlangsung kepemimpinan dari waktu ke waktu, apakah aktivitasnya dipusatkan dalam dunia usaha, pendidikan, rumah sakit, organisasi politik atau keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan negara.



            Sedangkan George R Terry (2006 : 124), mengemukakan 8 (delapan) ciri mengenai kepemimpinan dari pemimpin yaitu :
            (1) Energik, mempunyai kekuatan mental dan fisik;
            (2)Stabilitas emosi, tidak boleh mempunyai prasangka jelek terhadap bawahannya, tidak cepat marah dan harus mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar;
            (3) Mempunyai pengetahuan tentang hubungan antara manusia;
            (4) Motivasi pribadi, harus mempunyai keinginan untuk menjadi pemimpin dan dapat memotivasi diri sendiri;
            (5) Kemampuan berkomunikasi, atau kecakapan dalam berkomunikasi dan atau bernegosiasi;
            (6) Kemamapuan atau kecakapan dalam mengajar, menjelaskan, dan mengembangkan bawahan;
            (7) Kemampuan sosial atau keahlian rasa sosial, agar dapat menjamin kepercayaan dan kesetiaan bawahannya, suka menolong, senang jika bawahannya maju, peramah, dan luwes dalam bergaul;
            (8) Kemampuan teknik, atau kecakapan menganalisis, merencanakan, mengorganisasikan wewenang, mangambil keputusan dan mampu menyusun konsep.
            Kemudian, kepemimpinan yang berhasil di abad globalisasi menurut Dave Ulrich adalah: “Merupakan perkalian antara kredibilitas dan kapabilitas.” Kredibilitas adalah ciri-ciri yang ada pada seorang pemimpin seperti kompetensi-kompetensi, sifatsifat, nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang bisa dipercaya baik oleh bawahan maupun oleh lingkungannya.
            Sedangkan kapabilitas adalah kamampuan pemimpin dalam menata visi, misi, dan strategi serta dalam mengembangkan sumber-sumber daya manusia untuk kepentingan memajukan organisasi dan atau wilayah kepemimpinannya.” Kredibilitas pribadi yang ditampilkan pemimpin yang menunjukkan kompetensi seperti mempunyai kekuatan keahlian (expert power) disamping adanya sifat-sifat, nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang positif (moral character) bila dikalikan dengan kemampuan pemimpin dalam menata visi, misi, dan strategi organisasi/ wilayah yang jelas akan merupakan suatu kekuatan dalam menjalankan roda organisasi/wilayah dalam rangka mencapai tujuannya.
            Kepemimpinan Dalam Islam
            Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu, pemimpin haruslah orang yang paling tahu tentang hukum Ilahi. Setelah para imam atau khalifah tiada, kepemimpinan harus dipegang oleh para faqih yang memenuhi syarat-syarat syariat. Bila tak seorang pun faqih yang memenuhi syarat, harus dibentuk ‘majelis fukaha’.”
            Sesungguhnya, dalam Islam, figur pemimpin ideal yang menjadi contoh dan suritauladan yang baik, bahkan menjadi rahmat bagi manusia (rahmatan linnas) dan rahmat bagi alam (rahmatan lil’alamin) adalah Muhammad Rasulullah Saw., sebagaimana dalam firman-Nya :“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.al-Ahzab [33]: 21).
            Sebenarnya, setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik dirinya. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas segala kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah Saw., yang maknanya sebagai berikut : “Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Ingatlah! Bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya,” (Al-Hadits).
            Kemudian, dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni : Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah (STAF):
            (1) Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;
            (2)Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;
            (3) Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
            (4) Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.
            Selain itu, juga dikenal ciri pemimpin Islam dimana Nabi Saw pernah bersabda: “Pemimpin suatu kelompok adalah pelayan kelompok tersebut.” Oleh sebab itu, pemimpin hendaklah ia melayani dan bukan dilayani, serta menolong orang lain untuk maju.
            Dr. Hisham Yahya Altalib (1991 : 55), mengatakan ada beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islam yaitu :
            Pertama, Setia kepada Allah. Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat dengan kesetiaan kepada Allah;
            Kedua, Tujuan Islam secara menyeluruh. Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang lingkup kepentingan Islam yang lebih luas;
            Ketiga, Berpegang pada syariat dan akhlak Islam. Pemimpin terikat dengan peraturan Islam, dan boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang teguh pada perintah syariah.Dalam mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak sepaham;
            Keempat, Pengemban amanat. Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah Swt., yang disertai oleh tanggung jawab yang besar. Al-Quran memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap yang baik kepada pengikut atau bawahannya.
            Dalam Al-Quran Allah Swt berfirman :
            “(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. al-Hajj [22]:41).
            Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya prinsip-prinsip dasar dalam kepemimpinan Islam yakni : Musyawarah; Keadilan; dan Kebebasan berfikir. Secara ringkas penulis ingin mengemukakan bahwasanya pemimpin Islam bukanlah kepemimpinan tirani dan tanpa koordinasi. Tetapi ia mendasari dirinya dengan prinsip-prinsip Islam.
            Bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya secara obyektif dan dengan penuh rasa hormat, membuat keputusan seadil-adilnya, dan berjuang menciptakan kebebasan berfikir, pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan saling menasihati satu sama lain sedemikian rupa, sehingga para pengikut atau bawahan merasa senang mendiskusikan persoalan yang menjadi kepentingan dan tujuan bersama. Pemimpin Islam bertanggung jawab bukan hanya kepada pengikut atau bawahannya semata, tetapi yang jauh lebih penting adalah tanggung jawabnya kepada Allah Swt. selaku pengemban amanah kepemimpinan. Kemudian perlu dipahami bahwa seorang muslim diminta memberikan nasihat bila diperlukan, sebagaimana Hadits Nabi dari :Tamim bin Aws meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. pernah bersabda: “Agama adalah nasihat.” Kami berkata: “Kepada siapa?” Beliau menjawab: “Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Pemimpin umat Islam dan kepada masyarakat kamu.”

2.8 Pemimpin Pemerintahan Yang Tersandung Masalah
2.8.1 Kasus Korupsi
1.      Syamsul Arifin, Gubernur Sumatera Utara, terpidana kasus korupsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kabupaten Langkat tahun 2000-2007.
2.      Awang Faroek Ishak, Gubernur Kalimantan Timur, tersangka kasus divestasi saham PT Kaltim Prima Coal.
3.      Agusrin Najamudin, Gubernur Bengkulu, terpidana kasus korupsi pajak bumi dan bangunan serta bea penerimaan hak atas tanah dan bangunan Bengkulu tahun 2006-2007.
4.      Thaib Armaiyn, Gubernur Maluku Utara, tersangka kasus korupsi Dana Tak Terduga tahun 2004 dan APBD Provinsi Maluku Utara tahun 2007.
5.      Amran Batalipu, Bupati Buol, terdakwa kasus suap kepengurusan hak guna usaha perkebunan kelapa sawit PT Hardaya Inti Plantations atau PT Cipta Cakra Murdaya 2011.
6.      Mochtar Muhammad, Wali Kota Bekasi, terpidana kasus suap dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2010.
7.      Sunaryo, Wakil Wali Kota Cirebon, terpidana kasus penyelewengan dana belanja barang dan jasa senilai Rp 4,9 miliar dalam APBD Kota Cirebon 2004.
8.      Eep Hidayat, Bupati Subang, terpidana kasus korupsi biaya pemungutan pajak bumi dan bangunan senilai Rp 14 miliar tahun 2005-2008.
9.      Satono, Bupati Lampung Timur, terpidana kasus korupsi penggelapan dana rakyat dalam APBD sebesar Rp119 miliar dan menerima suap Rp 10,5 miliar dari pemilik Bank Perkreditan Rakyat, Tripanca Setiadana, pada 2005.
10.  Fauzi Siin, Bupati Kerinci, terpidana kasus suap dana APBN 2008.
11.  John Manuel Manoppo, Wali Kota Salatiga, tersangka kasus korupsi proyek pembangunan Jalan Lingkar Selatan Salatiga.

2.8.2 Menelantarkan TKI di Dubai Pasca Studi Banding ke Rusia
             (baca: “Rombongan DPR Telantarkan TKI di Dubai )
Nama anggota :
1.      IR. H. Mulyadi (Fraksi Partai Demokrat) (Dapil Sumatera Barat II)
2.      Drs. Yoseph Umarhadi M.Si, MA (Fraksi PDI-P) (Dapil Jawa Barat VIII)
3.      Agus Bastian SE.MM (Fraksi Partai Demokrat) (Dapil DIY)
4.      Etha Bulo (Fraksi Partai Demokrat) (Dapil Papua)
5.      Sonny Waplau (Fraksi Partai Demokrat) (Dapil Maluku)
6.      Drs Umar Arsal (Fraksi Partai Demokrat) (Dapil Sulawsi Tenggara)
7.      Ir Ali Wongso Halomoan Sinaga (Fraksi Partai Golkar) (Dapil Sumut III)
8.      IR Sudjadi (Fraksi PDI-P) (Dapil Jateng VI)
9.      KH Abdul Hakim MM (Fraksi PKS) (Dapil Lampung II)
10.  KH Asep Ahmad Maoshul Affandy (Fraksi PPP) (Dapil Jabar XI)
11.  Nur Iswanto SH, MM (Fraksi Gerindra) (Dapil Sumsel II)
12.  Saleh Husin SE, M.Si (Fraksi Hanura) (Dapil NTT II)
2.8.3 Mangkir Rapat
            (kehadiran 50% kebawah)
Nama anggota:
1.      Jeffrie Geovanie (Fraksi Partai Golkar) (Dapil Sumbar I)
2.      Andi Rahmat (F PKS) (Dapil Sulsel II)
3.      Agus Sulistiyono (F PKB) (Dapil DIY)
4.      Dhohir Farisi (F Gerindra) (Dapil Jatim IV)
5.      Ratu Munawaroh (F PAN) (Dapil Jambi)
6.      Widjono Hardjanto (Ketua Fraksi Gerindra) (Dapil Lampung I) (Hanya Ikut sidang 2x Sejak Dilantik)


2.8.4 Pelesiran ke Turki Pasca Studi Banding ke Yunani

Nama Anggota:

1.      Nudirman Munir (F Golkar) (Dapil Sumbar I)
2.      Salim Mengga (F Demokrat) (Dapil Sulbar)
3.      Darizal Basir (F Demokrat) (Dapil Sumbar)
4.      Chairuman Harahap (F Golkar) (Dapil Sumut II)
5.      Anshori Siregar (F PKS) (Dapil Sumut III)
6.      Abdul Rosaq Rais (F PAN) (Dapil Jateng IV)
7.      Usman Jafar (F PPP) (Dapil Kalbar)
8.      Ali Maschan Moesa (F PKB) (Dapil Jatim V
2.8.5 Ribut saat Sidang
Nama Anggota:
1.      Ruhut Sitompul (F Partai Demokrat) (Dapil Sumut III)
2.      Prof. Dr. Topane Gayus Lumbuun, SH, MH (anggota DPR-RI periode 2004-2009 dan 2009-2014, DAPIL Jawa Timur V)
2.8.6 Kurang ber-etika dalam komunikasi
Nama Anggota:
1.      Marzuki Alie (F Partai Demokrat) (Dapil DKI III)
2.      Nudirman Munir (F Golkar) (Nudirman Munir emoh bandingkan DPR dengan rakyat susah)
2.8.7 Walk-out Sidang Century
Nama Anggota:
1.      Bambang Soesatyo (F Partai Golkar) (Dapil Jateng VII)
2.      Desmon J Mahesa (F Partai Gerindra) (Dapil Kaltim)
3.      Erick Satria Wardana (F Partai Hanura) (Dapil Jabar III)
2.8.8 Kunjungan Kerja
Nama anggota:
1.      Abdul Kadir Karding (PKB) (Dapil Jateng VI)
2.      Ina Ammania (PDI-P) (Dapil Jateng VI)
3.      Drs H Zulkarnaen Djabar (Golkar) (Dapil Jabar VI)
4.      Ahmad Zainuddin, LC (PKS) (Dapil Jakarta Timur)
5.      Dra Hj Chairun Nisa, MA (Golkar) (Dapil Kalteng)
6.      Dra Hj Soemintarsih Muntoro, MSi (Hanura) (Dapil Jatim VIII)
7.      Dra Hj Ratu Siti Romlah, MAg (Demokrat) (Dapil Banten I)
2.8.9 Arogan
Nama Anggota:
1.      Roy suryo (F Demokrat) (Dapil DIY) (Roy Suryo "Diusir" dari Pesawat Lion Air dan beberapa hal lain).
2.8.10 Artis-Artis yang di DPR Bermasalah
Nama Anggota:
1.      Rachel Maryam (F Gerindra) (Dapil Jabar II) Tidak tau isi PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI! Anggota DPR seharusnya adalah seorang negarawan. Tapi dia tidak mengerti.
2.      Primus Yustisio (F PAN) (Dapil Jabar IX) Tidak hafal PANCASILA dan LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA.
3.      Inggrid Kansil (F Demokrat) (Dapil Jabar IV) Tidak tau pengertian Hak Interpelasi, Hak Angket, dan Hak Menyatakan Pendapat.
4.      4.Eko Patrio (Anggota Fraksi PAN), pernah mengusir seorang Ibu yang sedang makan di Komplek DPR.
5.      Angelina Sondakh (Anggota Badan Anggaran DPR, Fraksi Demokrat, Dapil Jawa Tengah VI ), Korupsi Wisma Atlet.
6.      Noura Dian Hartarony (Fraksi Gerindra), Pernah kepergok/diisukan Mabuk-mabukkan di sebuah Club.
2.8.11.Kasus-Kasus Lainnya
 Nama Anggota:
1.      Izzul Islam (PPP) (Dapil NTB): kasus ijasah palsu
2.      Asad Syam (Partai Demokrat) (Dapil Jambi), kasus korupsi pembangunan pembangkit listrik tenaga diesel di Muaro Jambi pada 2004.
3.      M Nazaruddin (Partai Demokrat) (Dapil Jatim IV), kasus suap proyek pembangunan wisma atlet SEA Games dan gratifikasi Mahkamah Konstitusi dan Kemendiknas.
4.      Arifinto (PKS) (Dapil Jabar VII), terkait kasus tontonan pornografi.
5.      M Misbakhun (PKS) (Dapil Jatim II), kasus kredit fiktif Bank Century.
6.      Luthfie Hasan Ishaq (PKS) (Dapil Jatim V), kasus ancaman lewat pesan singkat terhadap Yusuf Supendi.
7.      Ribka Tjiptaning (PDIP) (Dapil Jabar IV), kasus penghilangan ayat rokok dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
8.      Dudhie Makmun Murod (PDIP) (Dapil Sumsel), terkait kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior BI 2004. Namun yang bersangkutan telah mengundurkan diri dari DPR.
9.      Panda Nababan (PDIP) (Dapil Sumut I), kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior BI 2004.
10.  Soewarno (PDIP) (Dapil Jatim II), kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior BI 2004.
11.  Nurdin Tampubolon (Hanura), (Dapil Sumut I), kasus dugaan suap
12.  Andi Nurpati (Fraksi Demokrat), Kasus surat Palsu MK.
13.  Muhaimin Iskandar (Fraksi PKB), masih diperiksa kasus Suap Kemenakertrans.
14.  Tamsil Linrung (Wakil Ketua Badan Anggaran DPR)
15.  Anas Urbaningrum (Fraksi Demokrat), diperiksa kasus Wisma Atlet.
16.  Sri Mulyani Indrawati (Mantan Menkeu RI), pernah disebut-sebut terlibat kasus Century.
17.  Marthin Natalegawa (MenLu RI),kasus Pemancungan Ruhyati,ABK RI yang ditawan Perompak Somalia dan permasalahan TKI.
18.  Fredy Numberi (MenHub), kecelakaan Transportrasi kerap terjadi, masalahnya hampir sama: Kelebihan Penumpang.
19.  Aburizal Bakrie (Mantan Menko Kesra) Kasus Lumpur Lapindo hingga saat ini..
20.  Djoko Suyanto (Menko Polhukam), TERORIS MASIH ADA
21.  Sutanto (Mantan Kapolri, Kepala BIN) Kecolongan setiap aksi Teror.
22.  Gubernur Fauji Bowo (Macet).
23.  Jaksa Agung Cyrus Sinaga (kasus mafia pajak dengan terdakwa Gayus Tambunan).
24.  Susno Djuadji (Mantan Kabareskrim. Pernah disebut-sebut dalam praktek makelar kasus)
25.  Antasari Azhar ( Mantan ketua KPK, dari disebut-sebut kasus cinta segitiga  berujung pembunuhan Alm.Nazruddin Zulkarnaen, hingga Antasari mengakui Ia tidak membunuh tapi ada skenario  terhadap dirinya-masih proses,belum selesai).
26.  Melchias Markus Mekkeng (Ketua Bangar, kisruh Bangar dengan KPK. Dan juga ada oknum bangar disebut-sebut terlibat korupsi).
27.  Chandra M.Hamzah (KPK, pernah disebut-sebut oleh Nazaruddin menerima uang korupsi terkait wisma atlet).
28.  Ade Raharja (KPK, kasusnya sama dengan Chandra M.Hamzah).
29.  Fahri Hamzah (Komisi 3, dari PKS) wacana pembubaran KPK




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Iman adalah pembenaran dengan hati. Adapaun mengenai ucapan dan pengamalan anggota badan, maka sebagian ulama memasukkannya sebagian dari pada iman sedang lainnya menempatkan sebagai kelengkapan saja. Sedangkan pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Dan kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
            Pemimpin yang baik menurut islam adalah dia yang mampu memimpin diri sendiri untuk memimpin orang lain dengan berpegang teguh dengan Alquran serta alhadist dan mampu mejadikan rosulullah menjadi sosok pedoman utama yang akhirnya nanti dapat menimbulkan karakteristik yang islami.
3.2 Saran
            Hendaknya para pemimpin mengerti dan mampu memahami kedudukanya sebgaai pemimpin itu merupakan pelayan untuk masayarakat, dan seorang pelayan harus melayani apa yang dimau oleh masyarakat, selain itu, seorang pemimpin harus lah mempunyai integritas dan moral yang baik, bila jika kedua sifat itu ada terhadap pemimpi, maka kepemimpinan akan mudah dijalankan.





                                               DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahra (ed.), Politik Demi Tuhan: Nasionalisme Religius di Indonesia(Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), hlm. 1.
Akram Ziauddin Umari, Masyarakat Madani, terj. Mun'im A. Sirry (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 31
Ibid., hlm. 42.
Kamaruzzaman, Relasi Islam dan Negara: Perspektif Modernis dan Fundamentalis (Magelang: Indonesiatera, 2001), hlm. 119.
Kompas, 5 Juni 2004, hlm. 6; Kompas, 8 Juni 2004 hlm. 4.
Kompas, 4 Juni 2004, hlm. 1.
Majelis Permusyawaratan Rakyat. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945: Perubahan Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat (dalam Satu Naskah) (Yogyakarta: Media Pressindo, 2002), hlm. 6
Munawir Sjadzali, Islam: Realitas Baru dan Orientasi Masa Depan Bangsa(Jakarta: UI Press, 1993), hlm. 80
Munawir Sjadzali, op.cit., hlm. 82-85.
Nurcholis Madjid, op.cit., hlm. 45.
Nurcholish Madjid, opcit., hlm. xv.



[1] Riwayat Bukhari ; Shahih Riyadhus Sholihin, Hadits No : 215
[2] dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst

No comments: