BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tak
diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup
ini mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan. Namun di
manakah sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua?
Sesungguhnya menurut ajaran Islam
hanya iman yang disertai dengan amal shaleh yang dapat menghantarkan kita baik
sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu. “Barangsiapa yang mengerjakan
amal shaleh baik laki-laki-laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Dengan iman umat Islam generasi
pendahulu mencapai kejayaan berhasil merubah keadaan duni dari kegelapan
menjadi terang benderang. Dengan iman masyarakat mereka menjadi masyarakat adil
dan makmur. Para umara’ melaksanakan perintah Allah para ulama beramar ma’ruf
dan nahi mungkar dan rakyat saling tolong-menolong atas kebajikan dan kebaikan.
Kalimatul Haq mereka junjung tinggi tiada yang mengikat antar mereka selain
tali persaudaraan iman.
Namun setelah redup cahaya iman di
hati kita lenyaplah nilai-nilai kebaikan diantara kita. Masyarakat kita pun
menjadi masyarakat yang penuh dengan kebohongan kesombongan kekerasan
individualisme keserakahan kerusakan moral dan kemungkaran. “Yang demikian itu
adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak merubah sesuatu ni’mat yang
telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum sehingga kaum itu merubah apa yang
ada pada diri mereka sendiri?..”Dengan memohon ma’unah Allah makalah singkat
ini mencoba menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan topik tersebut di
atas.
Manusia adalah makhluk social yang
tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan
sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok
besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak
mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota
kelompokharuslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu
selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan &
menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang
paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan
untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana
yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola
lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu
dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik.
Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang
berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan
dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam
penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan
dengan baik. Sesungguhnya pemimpin adalah cermin dari rakyatnya.
Seolah telah
menjadi sunatullah, bahwa pemimpin yang ditunjuk untuk mengatur suatu rakyat,
sifatnya tidak jauh dari rakyatnya. Karena pada awalnya setiap pemimpin adalah
rakyat, yang kemudian dia ditunjuk untuk mengurusi masyarakatnya.
Oleh karena itu,
jika kita berharap ingin memiliki pemimpin yang baik, jadilah rakyat yang baik.
Sebaliknya, ketika umumnya rakyat adalah masyarakat yang dzalim hampir bisa
dipastikan, pemimpinnya tidak jauh dari sifat itu.
Allah berfirman:
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ
بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Demikianlah
kami jadikan sebagaian orang zalim sebagai pemimpin bagi orang zalim yang lain,
disebabkan perbuatan maksiat yang telah mereka lakukan.” (QS. Al-An’am: 129).
Mari kita
perhatikan, sebab utama Allah menunjuk orang dzalim sebagai pemimpin adalah
perbuatan maksiat yang pernah dilakukan oleh rakyatnya. Karena sejatinya,
perbuatan maksiat termasuk bentuk kedzaliman.
Seperti itulah keadaannya,
seorang pemimpin tidak akan jauh dari sifat rakyatnya kalau rakyatnya mempunyai
mental maling maka pemimpinnya pun juga memiliki mental maling karena pada
awalnya dia juga seorang rakyat.
Lalu apa buktinya
kalau mayoritas rakyat indonesia memiliki mental maling?
Sudah menjadi
kebiasaan mayoritas rakyat indonesia kalau menemukan barang hilang atau barang
temuan pasti akan langsung diambil. Padahal barang temuan tersebut bukan
miliknya dan syariat islam tidak mengajarkan untuk mengambil barang tersebut
untuk dimiliki.
Mereka tidak sadar
bahwa barang tersebut nanti di hari kiamat pasti akan diminta kembali oleh
pemiliknya dan pada hari itu tidak ada dinar atau dirham untuk menggantikan
barang temuan yang telah diambilnya. Mereka menggantinya dengan pahala yang
dimilikinya atau kalau tidak punya pahala maka dosa yang punya barang hilang
tersebut akan dilimpahkan kepada orang yang mengambil barang temuan tersebut.
Rasulullah
bersabda :
“Siapa
saja yang pernah menganiaya saudaranya, baik kehormatannya maupun sesuatu yang
lain, hendaknya ia minta ma’af sekarang juga sebelum datang saatnya dimana pada
waktu itu Dinar dan Dirham ( Uang ) tidak berguna. Jika tidak, maka apabila ia
mempunyai amal shaleh maka amalnya akan diambil sesuai dengan kadar penganiayaan
yang pernah dilakukannya. Apabila ia tidak mempunyai lagi amal shaleh maka
kejahatan orang yang dianiaya itu diambil dan dilimpahkan kepadanya.”[1]
Pada dasarnya
mayoritas rakyat indonesia punya kebiasaan seperti itu karena bodohnya mereka
dalam perkara agama. Syariat islam telah menjelaskan tentang hukum barang
temuan namun masyarakat enggan untuk mempelajarinya.
Jadi kalau kita
ingin mendapatkan pemimpin atau pejabat yang jujur dan adil maka kita harus
merubah diri kita dan keluarga kita untuk selalu bertaqwa kepada Allah dan
seseorang tidak akan bisa bertaqwa tanpa ilmu.
Oleh karena itu,
maka disini penulis akan membahas tentang pemimpin masa kini dengan segala
permasalahan yang menimpanya.
.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apakah
pengertian iman ?
1.2.2 Apakah
karakteristik iman?
1.2.3
Bagaimanakah tingkatan iman itu?
1.2.4 Apakah
pengertian pemimpin?
1.2.5 Apakah
pengertian kepemimpinan?
1.2.6 Apa saja
teori kepemimpinan?
1.2.7 Bagaimana
pemimpin dan kepemimpinan menurut islam?
1.2.8 Siapa saja
pemimpin pemerintahan yang tersandung masalah?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian iman.
1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik iman.
1.3.3 Untuk mengetahui tingkatan iman.
1.3.4 Untuk mengetahui pengertian pemimpin.
1.3.5 Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.
1.3.6 Untuk mengetahui teori kepemimpinan.
1.3.7 Untuk mengetahui pemimpin dan kepemimpinan menurut islam.
1.3.8 Untuk mengetahui Siapa saja pemimpin pemerintahan yang
tersandung masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Iman
Berbicara tentang
iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak orientasi
pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau lazimnya di sebut “qalbu”.
Hati merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa dalam diri manusia
terdapat dua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila
keduanya pincang atau salah satu di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak
mungkin terbentuk makhluk yang bernama manusia.
Iman menurut
bahasa adalah membenarkan dengan hati atau percaya, sedangkan menurut syara’
iman itu bukanlah suatu angan-angan akan tetapi apa yang telah mantap dalam
hati dan dibuktikan lewat amal perbuatan. Hal ini tercermin dalam salah satu
hadis Nabi yang berikut ini:
Terjemahnya:
“Iman itu bukanlah dengan angan-angan tetapi apa yang telah mentap
di dalam hatimu dan dibuktikan kebenarannya dengan amal”.
Dalam Ensiklopedia
Nasional Indonesia dikatakan bahwa:
“Iman secara bahasa berasal dari kata anamah yang berarti
menganugrahkan rasa aman dan ketentraman, dan yang kedua masuk ke dalam suasana
aman dan tentram, pengertian pertama ditunjukkan kepada Tuhan, karena itu salah
satu sifat Tuhan yakni, al-Makmun, yaitu Maha Memberi keamanan dan ketentraman
kepada manusia melalui agama yang diturunkan lewat Nabi. pengertian kedua
dikaitkan dengan manusia. Seorang mukmin (orang yang beriman) adalah mereka
memasuki dalam suasana aman dan tentram menerima prinsip yang telah ditetapkan
Tuhan”.
Dari beberapa
keterangan di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai bahan referensi
bahwa pengertian bahwa iman adalah keyakinan yang kuat dan kepercayaan penuh
terhadap suatu subjek, gagasan dan doktrin. Dengan kata lain, tidaklah sempurna
iman seseorang kalau hanya menyakini dengan hati tanpa dibarengi dengan amal
perbuatan.
Sedangkan menurut
Istilah, Ali Mustafa al-Ghuraby menyatakan:
“Sesungguhnya Iman itu adalah ma’rifah dan pengakuan kepada Allah
swt Dan Rasul-Rasul-Nya (atas mereka keselematan)”.
Dan menurut Jumhur
Ulama yang dikemukakan oleh al-Kalabadzy:
”Iman itu adalah perkataan, perbuatan dan niat, dan arti niat
adalah pembenaran”.
Dari definisi
bahasa dan istilah diatas. Maka dipahami bahwa para pakar sepakat bahwa iman
adalah pembenaran dengan hati. Adapaun mengenai ucapan dan pengamalan anggota
badan, maka sebagian ulama memasukkannya sebagian dari pada iman sedang lainnya
menempatkan sebagai kelengkapan saja.
2.2
Karakteristik Iman
Adapun
karakteristik iman sebagai berikut.
1. Mereka menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih mereka cintai
daripada anak,isteri,harta benda dan segalanya.
“Katakanlah: “jika
bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.”(QS.9:24)
2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad.
Orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk
tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui
orang-orang yang bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka
ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. (QS.9:44-45)
3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya
memanggil mereka untuk melaksanakan suatu perbuatan.
“Sesungguhnya
jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya
agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami
mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(QS.24:51)
4. Mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dlm setiap
persoalan/permasalahannya.
“Maka demi Rabbmu,
mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam
hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.”(QS.4:65)
5. Mereka memiliki iman yg mantap, tidak dicampuri dgn
keragu-raguan sedikitpun dan keimanannya dibuktikan dengan berjihad di jalan Allah
dgn harta & jiwanya.
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang yakin(beriman) kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar. (QS.49:15)
6. Mereka taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri serta
mengembalikan seluruh persoalan yg mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan
Sunnah rasulullah.
“Hai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya,dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama(bagimu) dan lebih
baik akibatnya.” (QS.4;59)
7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya
bergetar, imannya bertambah, tetap menjalankan shalat,berzakat.
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang
yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan
serta rezki(nikmat) yang mulia. (QS.8:2-4)
8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim
dan tegas kepada kaum kafir.
“Hai orang-orang
yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak
Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan
yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya),
lagi Maha Mengetahui. “(QS.5:54)
9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah
ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah
diri kepada-Nya
“Dan tidaklah
patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. “(QS.33:36)
2.3 Tingkatan Iman
1. Iman yang terbit daripada “Taklid”
Hasil daripada
mengikuti faham orang lain,contohnya mengikut apa yang dikatakan dan diajarkan
oleh para Guru. Iman ini sangat lemah kerana tiada bukti dan hujah dapat
dikemukakan oleh seseorang itu apabila timbul keraguan.Hanya berpandukan
penerangan sesorang itu saja.
2. Iman yang tebit daripada “Ilmu”.
Hasil daripada
pembelajaran mengenai dalil-dalil dan hujah-hujah yang berpandukan Al-Quran,hadis
dan para Ulama. Siapa yang telah mencapai tingkatan iman ini,mereka akan merasa
yakin dan mampu untuk menerangkan dan menghayati hakikat iman itu sendiri.
3. Iman yang terbit daripada “Ayan”(ainun-mata).
Hasil daripada
“muraqabatullah” yaitu rasa senantiasa diperhatikan oleh Allah dalam apapun keadaan sekalipun. Tingkatan ini dikurniakan
oleh Allah kepada insan yang terpilih saja
4. Iman yang terbit daripada “Hak”.
Hasil daripada
“musyahadatullah” iaitu dapat melihat Allah dengan mata hati. Juga dikurniakan
kepada insan terpilih saja.
5. Iman yang terbit daripada “Hakikat”.
Hasil daripada
“fana’unfillah” iaitu tiada melihat selain dari Allah SWT. Para Wali Allah
hanya dapat mencapai sehingga ke tingkatan iman ini. Dimana mereka menjadi
fana’ kepada Allah dan tidak dapat menyedari dan mengawalnya.
6. Iman yang terbit daripada “Hakikatul hakikat”.
Juga hasil
daripada “fana’unfillah” tetapi tingkatan ini hanya dikurniakan oleh Allah
kepada para Anbia sahaja. Dimana para nabi dan Rasul fana’ kepada Allah dengan
dapat melihat zat Allah itu tetapi masih mampu untuk mengawalnya dan hidup
seperti manusia biasa. Seperti Rasulullah dapat melihat syurga dan neraka
ketika Isra’ dan Mi’raj, tetapi masih turun kebumi dan dapat hidup seperti
manusia biasa.
2.4 Pengertian Pemimpin
Dalam kehidupan
sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai
dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu
dengan lainnya.
Beberapa ahli
berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
•Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang
dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan
sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
•Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan
wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan
yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi
mencapai tujuan perusahaan.
•Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang
mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para
bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius,
dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara
kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide
ketuhanan yang berlainan.
•Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu
mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan
pemimpinnya itu.
•Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki
suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
•Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai
pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain,
beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
§ Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang
dipimpinnya.
§ Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan
semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
§ Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang
yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin
boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai
apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik
dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin,
dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah
serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur
orang lain.
2.5 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and
directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence,
respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama
secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan
pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang
dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan.
Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa
kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan,
apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau
kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin
dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada
dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan
administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning,
organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.
2.6 Teori kepemimpinan
Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya
tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin
harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi
dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara
lain :
Teori
Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan
perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani
Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi
yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan
akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat
itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis
merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain :
a. Kecerdasan
Berdasarkan hasil
penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan
rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih
tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam
melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang
pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat
pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang
diyakini kebenarannya.
c. Motivasi Diri
dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin
yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk
berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang
optimal, efektif dan efisien.
d. Sikap Hubungan
Kemanusiaan
Adanya pengakuan
terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak
kepadanya
Teori
Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
Pertama
yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
Kedua
disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi
dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang
akan dicapai.
Jadi, berdasarkan
teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang
memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi
pula.
Teori
Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
Teori Kepemimpinan
Situasi
Seorang pemimpin
harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel,
sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Teori Kelompok
Agar tujuan
kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya
berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan
tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni
pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan
dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap,
berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang
untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi ,
kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu.
Diantara beberapa
gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan
itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila
pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik
ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang
positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment,
berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Selain gaya
kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
Otokratis
Kepemimpinan
seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan
dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan
kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
Partisipasif
Lebih banyak
mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil
tidak bersifat sepihak.
Demokrasi
Ditandai adanya
suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis
cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat
mengarahkan diri sendiri.
Kendali Bebas
Pemimpin
memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari
orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu
gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan
orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi
dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan
gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi
tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap
membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang
positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan
pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari
ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini
nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi
dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa
keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3
variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel
itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member
rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader
position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan
(akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar
diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga
menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model kontingensi
Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan
Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan
pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat
kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat
penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut
sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai
kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki
pemimpin.
Menurut Hersey dan
Blanchard[2],
masing – masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat
meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan
sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan
seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard,
yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi
lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
Directing
Gaya tepat apabila
kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman
dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di
bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang
harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating
(penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan
waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan
dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus
menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
Coaching
Pemimpin tidak
hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan
mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan
juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita
telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini
kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya,
dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan
mereka.
Supporting
Sebuah gaya dimana
pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas.
Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung
jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini
akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan
telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita
perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka
dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka
mengenai peningkatan kinerja.
Delegating
Sebuah gaya dimana
seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada
bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah
paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka
menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
2.7 Pemimpin dan Kepemimpinan Menurut Islam
Pemimpin dan
Kepemimpinan merupakan dua elemen yang saling berkaitan. Artinya, kepemimpinan
(style of the leader) merupakan cerminan dari karakter/perilaku pemimpinnya
(leader behavior). Perpaduan atau sintesis antara “leader behavior dengan
leader style” merupakan kunci keberhasilan pengelolaan organisasi; atau dalam
skala yang lebih luas adalah pengelolaan daerah atau wilayah, dan bahkan
Negara.
Banyak pakar
manajemen yang mengemukakan pendapatnya tentang kepemimpinan. Dalam hal ini
dikemukakan George R. Terry (2006 : 495), sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah
kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang orang agar mau bekerja sama untuk
mencapai tujuan kelompok secara sukarela.”
Dari defenisi di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kepemimpinan ada keterkaitan antara
pemimpin dengan berbagai kegiatan yang dihasilkan oleh pemimpin tersebut.
Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempersatukan orang-orang dan dapat
mengarahkannya sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai
tujuan yang diinginkan oleh seorang pemimpin, maka ia harus mempunyai kemampuan
untuk mengatur lingkungan kepemimpinannya.
Kepemimpinan
menurut Halpin Winer yang dikutip oleh Dadi Permadi (2000 : 35) bahwa :
“Kepemimpinan yang menekankan dua dimensi perilaku pimpinan apa yang dia
istilahkan “initiating structure” (memprakarsai struktur) dan “consideration”
(pertimbangan). Memprakarsai struktur adalah perilaku pemimpin dalam menentukan
hubungan kerja dengan bawahannya dan juga usahanya dalam membentuk pola-pola
organisasi, saluran komunikasi dan prosedur kerja yang jelas. Sedangkan
pertimbangan adalah perilaku pemimpin dalam menunjukkan persahabatan dan respek
dalam hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya dalam suatu kerja.”
Dari uraian di
atas dapat ditarik kesimpulan: bahwa kepemimpinan adalah “proses mempengaruhi
aktivitas seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi
tertentu.” Dari defenisi kepemimpinan itu dapat disimpulkan bahwa proses
kepemimpinan adalah fungsi pemimpin, pengikut dan variabel situasional lainnya.
Perlu diperhatikan bahwa defenisi tersebut tidak menyebutkan suatu jenis
organisasi tertentu. Dalam situasi apa pun dimana seseorang berusaha
mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, maka sedang berlangsung
kepemimpinan dari waktu ke waktu, apakah aktivitasnya dipusatkan dalam dunia
usaha, pendidikan, rumah sakit, organisasi politik atau keluarga, masyarakat,
bahkan bangsa dan negara.
Sedangkan George R
Terry (2006 : 124), mengemukakan 8 (delapan) ciri mengenai kepemimpinan dari
pemimpin yaitu :
(1) Energik,
mempunyai kekuatan mental dan fisik;
(2)Stabilitas
emosi, tidak boleh mempunyai prasangka jelek terhadap bawahannya, tidak cepat
marah dan harus mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar;
(3) Mempunyai
pengetahuan tentang hubungan antara manusia;
(4) Motivasi
pribadi, harus mempunyai keinginan untuk menjadi pemimpin dan dapat memotivasi
diri sendiri;
(5) Kemampuan
berkomunikasi, atau kecakapan dalam berkomunikasi dan atau bernegosiasi;
(6) Kemamapuan
atau kecakapan dalam mengajar, menjelaskan, dan mengembangkan bawahan;
(7) Kemampuan
sosial atau keahlian rasa sosial, agar dapat menjamin kepercayaan dan kesetiaan
bawahannya, suka menolong, senang jika bawahannya maju, peramah, dan luwes
dalam bergaul;
(8) Kemampuan
teknik, atau kecakapan menganalisis, merencanakan, mengorganisasikan wewenang,
mangambil keputusan dan mampu menyusun konsep.
Kemudian,
kepemimpinan yang berhasil di abad globalisasi menurut Dave Ulrich adalah:
“Merupakan perkalian antara kredibilitas dan kapabilitas.” Kredibilitas adalah
ciri-ciri yang ada pada seorang pemimpin seperti kompetensi-kompetensi,
sifatsifat, nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang bisa dipercaya baik oleh
bawahan maupun oleh lingkungannya.
Sedangkan
kapabilitas adalah kamampuan pemimpin dalam menata visi, misi, dan strategi serta
dalam mengembangkan sumber-sumber daya manusia untuk kepentingan memajukan
organisasi dan atau wilayah kepemimpinannya.” Kredibilitas pribadi yang
ditampilkan pemimpin yang menunjukkan kompetensi seperti mempunyai kekuatan
keahlian (expert power) disamping adanya sifat-sifat, nilai-nilai dan
kebiasaan-kebiasaan yang positif (moral character) bila dikalikan dengan
kemampuan pemimpin dalam menata visi, misi, dan strategi organisasi/ wilayah
yang jelas akan merupakan suatu kekuatan dalam menjalankan roda organisasi/wilayah
dalam rangka mencapai tujuannya.
Kepemimpinan
Dalam Islam
Kepemimpinan Islam
adalah kepemimpinan yang berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu, pemimpin
haruslah orang yang paling tahu tentang hukum Ilahi. Setelah para imam atau
khalifah tiada, kepemimpinan harus dipegang oleh para faqih yang memenuhi
syarat-syarat syariat. Bila tak seorang pun faqih yang memenuhi syarat, harus
dibentuk ‘majelis fukaha’.”
Sesungguhnya,
dalam Islam, figur pemimpin ideal yang menjadi contoh dan suritauladan yang
baik, bahkan menjadi rahmat bagi manusia (rahmatan linnas) dan rahmat bagi alam
(rahmatan lil’alamin) adalah Muhammad Rasulullah Saw., sebagaimana dalam
firman-Nya :“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.al-Ahzab [33]:
21).
Sebenarnya, setiap
manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik dirinya.
Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas segala
kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah Saw.,
yang maknanya sebagai berikut : “Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah
pemimpin keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang
kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan
anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.
Ingatlah! Bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung
jawaban tentang kepemimpinannya,” (Al-Hadits).
Kemudian, dalam
Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki
sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni :
Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah (STAF):
(1) Siddiq (jujur)
sehingga ia dapat dipercaya;
(2)Tabligh
(penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;
(3) Amanah
(bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
(4) Fathanah
(cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan
mengimplementasikannya.
Selain itu, juga
dikenal ciri pemimpin Islam dimana Nabi Saw pernah bersabda: “Pemimpin suatu
kelompok adalah pelayan kelompok tersebut.” Oleh sebab itu, pemimpin hendaklah
ia melayani dan bukan dilayani, serta menolong orang lain untuk maju.
Dr. Hisham Yahya
Altalib (1991 : 55), mengatakan ada beberapa ciri penting yang menggambarkan
kepemimpinan Islam yaitu :
Pertama, Setia kepada Allah. Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat
dengan kesetiaan kepada Allah;
Kedua,
Tujuan Islam secara menyeluruh. Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja
berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang lingkup kepentingan
Islam yang lebih luas;
Ketiga, Berpegang pada syariat dan akhlak Islam. Pemimpin terikat dengan
peraturan Islam, dan boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang teguh pada
perintah syariah.Dalam mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab
Islam, khususnya ketika berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang
tak sepaham;
Keempat,
Pengemban amanat. Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah Swt.,
yang disertai oleh tanggung jawab yang besar. Al-Quran memerintahkan pemimpin
melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap yang baik kepada
pengikut atau bawahannya.
Dalam Al-Quran
Allah Swt berfirman :
“(yaitu)
orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan.” (QS. al-Hajj [22]:41).
Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah adanya prinsip-prinsip dasar dalam kepemimpinan Islam
yakni : Musyawarah; Keadilan; dan Kebebasan berfikir. Secara ringkas penulis
ingin mengemukakan bahwasanya pemimpin Islam bukanlah kepemimpinan tirani dan
tanpa koordinasi. Tetapi ia mendasari dirinya dengan prinsip-prinsip Islam.
Bermusyawarah
dengan sahabat-sahabatnya secara obyektif dan dengan penuh rasa hormat, membuat
keputusan seadil-adilnya, dan berjuang menciptakan kebebasan berfikir,
pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan saling menasihati
satu sama lain sedemikian rupa, sehingga para pengikut atau bawahan merasa
senang mendiskusikan persoalan yang menjadi kepentingan dan tujuan bersama.
Pemimpin Islam bertanggung jawab bukan hanya kepada pengikut atau bawahannya
semata, tetapi yang jauh lebih penting adalah tanggung jawabnya kepada Allah
Swt. selaku pengemban amanah kepemimpinan. Kemudian perlu dipahami bahwa
seorang muslim diminta memberikan nasihat bila diperlukan, sebagaimana Hadits
Nabi dari :Tamim bin Aws meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. pernah
bersabda: “Agama adalah nasihat.” Kami berkata: “Kepada siapa?” Beliau
menjawab: “Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Pemimpin umat Islam dan kepada
masyarakat kamu.”
2.8 Pemimpin Pemerintahan Yang Tersandung Masalah
2.8.1 Kasus Korupsi
1.
Syamsul
Arifin, Gubernur Sumatera Utara, terpidana kasus korupsi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Kabupaten Langkat tahun 2000-2007.
2.
Awang
Faroek Ishak, Gubernur Kalimantan Timur, tersangka kasus divestasi saham PT
Kaltim Prima Coal.
3.
Agusrin
Najamudin, Gubernur Bengkulu, terpidana kasus korupsi pajak bumi dan bangunan
serta bea penerimaan hak atas tanah dan bangunan Bengkulu tahun 2006-2007.
4.
Thaib
Armaiyn, Gubernur Maluku Utara, tersangka kasus korupsi Dana Tak Terduga tahun
2004 dan APBD Provinsi Maluku Utara tahun 2007.
5.
Amran
Batalipu, Bupati Buol, terdakwa kasus suap kepengurusan hak guna usaha
perkebunan kelapa sawit PT Hardaya Inti Plantations atau PT Cipta Cakra Murdaya
2011.
6.
Mochtar
Muhammad, Wali Kota Bekasi, terpidana kasus suap dana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara 2010.
7.
Sunaryo,
Wakil Wali Kota Cirebon, terpidana kasus penyelewengan dana belanja barang dan
jasa senilai Rp 4,9 miliar dalam APBD Kota Cirebon 2004.
8.
Eep
Hidayat, Bupati Subang, terpidana kasus korupsi biaya pemungutan pajak bumi dan
bangunan senilai Rp 14 miliar tahun 2005-2008.
9.
Satono,
Bupati Lampung Timur, terpidana kasus korupsi penggelapan dana rakyat dalam
APBD sebesar Rp119 miliar dan menerima suap Rp 10,5 miliar dari pemilik Bank
Perkreditan Rakyat, Tripanca Setiadana, pada 2005.
10.
Fauzi
Siin, Bupati Kerinci, terpidana kasus suap dana APBN 2008.
11.
John
Manuel Manoppo, Wali Kota Salatiga, tersangka kasus korupsi proyek pembangunan
Jalan Lingkar Selatan Salatiga.
2.8.2
Menelantarkan TKI di Dubai Pasca Studi Banding ke Rusia
(baca: “Rombongan
DPR Telantarkan TKI di Dubai )
Nama anggota :
1.
IR.
H. Mulyadi (Fraksi Partai Demokrat) (Dapil Sumatera Barat II)
2.
Drs.
Yoseph Umarhadi M.Si, MA (Fraksi PDI-P) (Dapil Jawa Barat VIII)
3.
Agus
Bastian SE.MM (Fraksi Partai Demokrat) (Dapil DIY)
4.
Etha
Bulo (Fraksi Partai Demokrat) (Dapil Papua)
5.
Sonny
Waplau (Fraksi Partai Demokrat) (Dapil Maluku)
6.
Drs
Umar Arsal (Fraksi Partai Demokrat) (Dapil Sulawsi Tenggara)
7.
Ir
Ali Wongso Halomoan Sinaga (Fraksi Partai Golkar) (Dapil Sumut III)
8.
IR Sudjadi
(Fraksi PDI-P) (Dapil Jateng VI)
9.
KH
Abdul Hakim MM (Fraksi PKS) (Dapil Lampung II)
10.
KH
Asep Ahmad Maoshul Affandy (Fraksi PPP) (Dapil Jabar XI)
11.
Nur
Iswanto SH, MM (Fraksi Gerindra) (Dapil Sumsel II)
12.
Saleh
Husin SE, M.Si (Fraksi Hanura) (Dapil NTT II)
2.8.3 Mangkir Rapat
(kehadiran 50%
kebawah)
Nama anggota:
1.
Jeffrie
Geovanie (Fraksi Partai Golkar) (Dapil Sumbar I)
2.
Andi
Rahmat (F PKS) (Dapil Sulsel II)
3.
Agus
Sulistiyono (F PKB) (Dapil DIY)
4.
Dhohir
Farisi (F Gerindra) (Dapil Jatim IV)
5.
Ratu
Munawaroh (F PAN) (Dapil Jambi)
6.
Widjono
Hardjanto (Ketua Fraksi Gerindra) (Dapil Lampung I) (Hanya Ikut sidang 2x Sejak
Dilantik)
2.8.4
Pelesiran ke Turki Pasca Studi Banding ke Yunani
Nama Anggota:
1.
Nudirman
Munir (F Golkar) (Dapil Sumbar I)
2.
Salim
Mengga (F Demokrat) (Dapil Sulbar)
3.
Darizal
Basir (F Demokrat) (Dapil Sumbar)
4.
Chairuman
Harahap (F Golkar) (Dapil Sumut II)
5.
Anshori
Siregar (F PKS) (Dapil Sumut III)
6.
Abdul
Rosaq Rais (F PAN) (Dapil Jateng IV)
7.
Usman
Jafar (F PPP) (Dapil Kalbar)
8.
Ali
Maschan Moesa (F PKB) (Dapil Jatim V
2.8.5 Ribut saat Sidang
Nama Anggota:
1.
Ruhut
Sitompul (F Partai Demokrat) (Dapil Sumut III)
2.
Prof.
Dr. Topane Gayus Lumbuun, SH, MH (anggota DPR-RI periode 2004-2009 dan
2009-2014, DAPIL Jawa Timur V)
2.8.6 Kurang ber-etika dalam komunikasi
Nama Anggota:
1.
Marzuki
Alie (F Partai Demokrat) (Dapil DKI III)
2.
Nudirman
Munir (F Golkar) (Nudirman Munir emoh bandingkan DPR dengan rakyat susah)
2.8.7 Walk-out Sidang Century
Nama Anggota:
1.
Bambang
Soesatyo (F Partai Golkar) (Dapil Jateng VII)
2.
Desmon
J Mahesa (F Partai Gerindra) (Dapil Kaltim)
3.
Erick
Satria Wardana (F Partai Hanura) (Dapil Jabar III)
2.8.8 Kunjungan Kerja
Nama anggota:
1.
Abdul
Kadir Karding (PKB) (Dapil Jateng VI)
2.
Ina
Ammania (PDI-P) (Dapil Jateng VI)
3.
Drs
H Zulkarnaen Djabar (Golkar) (Dapil Jabar VI)
4.
Ahmad
Zainuddin, LC (PKS) (Dapil Jakarta Timur)
5.
Dra
Hj Chairun Nisa, MA (Golkar) (Dapil Kalteng)
6.
Dra
Hj Soemintarsih Muntoro, MSi (Hanura) (Dapil Jatim VIII)
7.
Dra
Hj Ratu Siti Romlah, MAg (Demokrat) (Dapil Banten I)
2.8.9 Arogan
Nama Anggota:
1.
Roy
suryo (F Demokrat) (Dapil DIY) (Roy Suryo "Diusir" dari Pesawat Lion
Air dan beberapa hal lain).
2.8.10 Artis-Artis yang di DPR Bermasalah
Nama Anggota:
1.
Rachel
Maryam (F Gerindra) (Dapil Jabar II) Tidak tau isi PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI!
Anggota DPR seharusnya adalah seorang negarawan. Tapi dia tidak mengerti.
2.
Primus
Yustisio (F PAN) (Dapil Jabar IX) Tidak hafal PANCASILA dan LAGU KEBANGSAAN
INDONESIA RAYA.
3.
Inggrid
Kansil (F Demokrat) (Dapil Jabar IV) Tidak tau pengertian Hak Interpelasi, Hak
Angket, dan Hak Menyatakan Pendapat.
4.
4.Eko
Patrio (Anggota Fraksi PAN), pernah mengusir seorang Ibu yang sedang makan di
Komplek DPR.
5.
Angelina
Sondakh (Anggota Badan Anggaran DPR, Fraksi Demokrat, Dapil Jawa Tengah VI ),
Korupsi Wisma Atlet.
6.
Noura
Dian Hartarony (Fraksi Gerindra), Pernah kepergok/diisukan Mabuk-mabukkan di
sebuah Club.
2.8.11.Kasus-Kasus Lainnya
Nama Anggota:
1.
Izzul
Islam (PPP) (Dapil NTB): kasus ijasah palsu
2.
Asad
Syam (Partai Demokrat) (Dapil Jambi), kasus korupsi pembangunan pembangkit
listrik tenaga diesel di Muaro Jambi pada 2004.
3.
M
Nazaruddin (Partai Demokrat) (Dapil Jatim IV), kasus suap proyek pembangunan
wisma atlet SEA Games dan gratifikasi Mahkamah Konstitusi dan Kemendiknas.
4.
Arifinto
(PKS) (Dapil Jabar VII), terkait kasus tontonan pornografi.
5.
M
Misbakhun (PKS) (Dapil Jatim II), kasus kredit fiktif Bank Century.
6.
Luthfie
Hasan Ishaq (PKS) (Dapil Jatim V), kasus ancaman lewat pesan singkat terhadap
Yusuf Supendi.
7.
Ribka
Tjiptaning (PDIP) (Dapil Jabar IV), kasus penghilangan ayat rokok dalam Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
8.
Dudhie
Makmun Murod (PDIP) (Dapil Sumsel), terkait kasus suap pemilihan Deputi
Gubernur Senior BI 2004. Namun yang bersangkutan telah mengundurkan diri dari
DPR.
9.
Panda
Nababan (PDIP) (Dapil Sumut I), kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior BI
2004.
10.
Soewarno
(PDIP) (Dapil Jatim II), kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior BI 2004.
11.
Nurdin
Tampubolon (Hanura), (Dapil Sumut I), kasus dugaan suap
12.
Andi
Nurpati (Fraksi Demokrat), Kasus surat Palsu MK.
13.
Muhaimin
Iskandar (Fraksi PKB), masih diperiksa kasus Suap Kemenakertrans.
14.
Tamsil
Linrung (Wakil Ketua Badan Anggaran DPR)
15.
Anas
Urbaningrum (Fraksi Demokrat), diperiksa kasus Wisma Atlet.
16.
Sri
Mulyani Indrawati (Mantan Menkeu RI), pernah disebut-sebut terlibat kasus
Century.
17.
Marthin
Natalegawa (MenLu RI),kasus Pemancungan Ruhyati,ABK RI yang ditawan Perompak
Somalia dan permasalahan TKI.
18.
Fredy
Numberi (MenHub), kecelakaan Transportrasi kerap terjadi, masalahnya hampir
sama: Kelebihan Penumpang.
19.
Aburizal
Bakrie (Mantan Menko Kesra) Kasus Lumpur Lapindo hingga saat ini..
20.
Djoko
Suyanto (Menko Polhukam), TERORIS MASIH ADA
21.
Sutanto
(Mantan Kapolri, Kepala BIN) Kecolongan setiap aksi Teror.
22.
Gubernur
Fauji Bowo (Macet).
23.
Jaksa
Agung Cyrus Sinaga (kasus mafia pajak dengan terdakwa Gayus Tambunan).
24.
Susno
Djuadji (Mantan Kabareskrim. Pernah disebut-sebut dalam praktek makelar kasus)
25.
Antasari
Azhar ( Mantan ketua KPK, dari disebut-sebut kasus cinta segitiga berujung pembunuhan Alm.Nazruddin Zulkarnaen,
hingga Antasari mengakui Ia tidak membunuh tapi ada skenario terhadap dirinya-masih proses,belum selesai).
26.
Melchias
Markus Mekkeng (Ketua Bangar, kisruh Bangar dengan KPK. Dan juga ada oknum
bangar disebut-sebut terlibat korupsi).
27.
Chandra
M.Hamzah (KPK, pernah disebut-sebut oleh Nazaruddin menerima uang korupsi
terkait wisma atlet).
28.
Ade
Raharja (KPK, kasusnya sama dengan Chandra M.Hamzah).
29.
Fahri
Hamzah (Komisi 3, dari PKS) wacana pembubaran KPK
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Iman adalah pembenaran dengan hati. Adapaun mengenai ucapan dan
pengamalan anggota badan, maka sebagian ulama memasukkannya sebagian dari pada
iman sedang lainnya menempatkan sebagai kelengkapan saja. Sedangkan pemimpin
adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang
baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Dan kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai
tujuan bersama.
Pemimpin yang baik
menurut islam adalah dia yang mampu memimpin diri sendiri untuk memimpin orang lain
dengan berpegang teguh dengan Alquran serta alhadist dan mampu mejadikan
rosulullah menjadi sosok pedoman utama yang akhirnya nanti dapat menimbulkan
karakteristik yang islami.
3.2 Saran
Hendaknya para pemimpin mengerti dan mampu memahami kedudukanya
sebgaai pemimpin itu merupakan pelayan untuk masayarakat, dan seorang pelayan
harus melayani apa yang dimau oleh masyarakat, selain itu, seorang pemimpin
harus lah mempunyai integritas dan moral yang baik, bila jika kedua sifat itu ada
terhadap pemimpi, maka kepemimpinan akan mudah dijalankan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu Zahra (ed.), Politik Demi Tuhan: Nasionalisme Religius di Indonesia(Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), hlm. 1.
Akram Ziauddin Umari, Masyarakat Madani, terj. Mun'im A. Sirry (Jakarta:
Gema Insani Press, 1999), hlm. 31
Http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/ (minggu 15 Desember 2013)
Http://eotika.blogspot.com/2013/10/pemimpin-menurut-islam.html (minggu 15 Desember 2013)
Http://laodeidacenter.wordpress.com/2012/02/29/kepala-daerah-bermasalah/ (minggu 15 Desember 2013)
Http://nhurelnuyyuabbass.wordpress.com/2013/04/18/makalah-iman/ (minggu 15 Desember 2013)
Http://shirotholmustaqim.wordpress.com/2013/12/13/kenapa-banyak-para-pemimpin-dan-pejabat-di-indonesia-yang-korupsi/(minggu 15 Desember 2013)
Http://www.makalahkuliah.com/2012/10/fenomena-kepemimpinan-politik-indonesia.html (minggu 15 Desember 2013)
Http://www.tempo.co/read/news/2013/02/09/063460207 (minggu 15 Desember 2013)
Http://www.untukku.com/artikel-untukku/pemimpin-yang-baik-menurut-islam-untukku.html (minggu 15 Desember 2013)
Ibid., hlm. 42.
Kamaruzzaman, Relasi Islam dan Negara: Perspektif Modernis dan Fundamentalis (Magelang: Indonesiatera, 2001), hlm. 119.
Kompas, 5 Juni 2004, hlm. 6;
Kompas, 8 Juni 2004 hlm. 4.
Kompas, 4 Juni 2004, hlm. 1.
Majelis Permusyawaratan Rakyat. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945: Perubahan Pertama, Kedua,
Ketiga dan Keempat (dalam Satu Naskah) (Yogyakarta: Media Pressindo,
2002), hlm. 6
Munawir Sjadzali, Islam: Realitas Baru dan Orientasi Masa Depan Bangsa(Jakarta: UI Press, 1993), hlm. 80
Munawir Sjadzali, op.cit., hlm. 82-85.
Nurcholis Madjid, op.cit., hlm. 45.
Nurcholish Madjid, opcit., hlm. xv.
No comments:
Post a Comment