TUGAS KELOMPOK 3
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
ANIS KURLILAH(1341010028)
BETRIK RAGILIA(1341010090)
Komunikasi Dan Penyiaran Islam (Kpi) B
Dosen Pembimbing : Dr. Abdul Syukur M.Ag
FAKULTAS
DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2014
DAFTAR ISI
Pendahuluan........................................................................................ 1
a.
Latar
Belakang............................................................
1
b.
Rumusan
Masalah dan Tujuan.................................... 2
Pembahasan.........................................................................................
3
a.
Pendiri
Daulah Umayyah............................................ 4
b.
Khalifah-Khalifah
umayyah....................................... 5
c.
Ekspansi
yang dilakukan umayyah............................. 9
d.
Dakwah
dan Kondisi masyarakat umayyah............... 11
e.
Strategi
dalam mencapai tujuan dakwah....................
14
Kesimpulan.......................................................................................... 1
Daftar Pustaka .................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bani Umayyah adalah
kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661-M sampai 750-M di Jazirah Arab dan sekitarnya, serta dari 756-M sampai 1031-M di Cordova, Spanyol. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin ‘Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Mu’awiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Mu’awiyah.1
Bani Umayyah memiliki
keinginan yang kuat untuk menjadi penguasa yang sudah terpendam sejak dulu. Ambisi
ini ada karena Bani Umayyah menganggap keturunan mereka berasal dari golongan
bangsawan, terhormat dan mempunyai kekayaan yang melimpah.2 Namun, kenyataannya Bani Umayyah tidak
berhasil, karena Bani Umayyah tidak memperoleh popularitas di lingkungan penduduk
Arab, tidak seperti layaknya Bani Hasyim yang berhasil memperoleh popularitas
di lingkungan penduduk Arab. Sebagai akibat ambisi yang tidak kesampaian, maka
terjadilah persaingan antara Umayyah dengan pamannya Hasyim bin Abd al-Manaf.
Kondisi ini justru semakin menyudutkan citra Umayyah di mata masyarakat Arab.
Walau demikian,
akhirnya, ambisi untuk menjadi penguasa dari keturunan Bani Umayyah ini
tercapai juga oleh keturunan Bani Umayyah yang bernama Mu’awiyah bin Abi
Sufyan. Bani Umayyah berkuasa setelah kepemimpinan Khulafa ar-Rasyidin.
Mengalir dari uraian di
atas, maka tinjauan sejarah dalam tulisan makalah ini akan membahas tentang
masa kelahiran, khalifah-khalifah yang pernah berkuasa pada Dinasti Umayyah,
dan ekspansi-ekspansi yang dilakukan pada masa Dinasti Umayyah. Adapun tata
urut dari tulisan ini meliputi pendahuluan, pembahasan dan penutup.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah lahirnya dinasti umayyah?
2. Khalifah atau Da’I di zaman dinasti umayyah?
3. Daerah apa
sajakah ekspansi yang dilakukan pada masa dinasti umayyah?
4. Kondisi masyarakat pada masa dinasti Umayyah?
C. Tujuan
1. Dapat
mengetahui lahirnya dinasti umayyah.
2. Dapat
mengetahui beberapa khalifah di zaman dinasti umayyah.
3. Dapat
mengetahui daerah yang menjadi ekspansi pada masa dinasti umayyah.
4. Strategi dalam mencapai tujuan Dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Berdirinya Dinasti Umayyah
Bani Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy, keturunan Umayyah
bin Abdul Syams bin Abdul Manaf.1bani
Umayyah baru masuk islam setelah Nabi Muhammad s.a.w berhasil menalukan kota
Makkah (Fathu Makkah). Sepeninggal Rosululloh bani Umayyah sesungguhnya
menginginkan jabatan pengganti Rosul(khalifah), tetapi mereka belum berani
menampakkan cita-citanya itu pada masa Abu Bakar dan Umar. Baru setelah Umar
meninggal yang penggantinya diserahkan kepada hasil musyawarah enam orang
sahabat, bani umayyah menyokong pencalonan Usman secara terang-terangan, hingga
akhirnya Usman terpilih. Sejak saat itu mulailah meletakkan dasar-dasar untuk
menegakan khilafah Umayyah. Pada masa pemerintahan Usman inilah Mu’awwiyah
mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat dirinya, dan menyiapkan daerah
Syam sebagai pusat kekuasaan di kemudian hari.2
Hingga suatu saat yang ditunggu Mu’awiyyahpun datang dengan adanya
perselisihan antara Ali bin Abi Tholib dengan Mu’awwiyah bin Abu Sufyan
akhirnya pecah menjadi perang siffin. Perang tersebut diakhiri dengan peristiwa
tahkim yang menyebabkan kubu Ali terbagi menjadi dua, yaitu golongan yang
keluar dari Ali disebut golongan khowarij dan golongan yang setia kepada Ali
disebut golongan syi’ah. Di luar golongan ini masih ada golongan umat islam
yang lain yaitu golongan yang mendukung Mu’awwiyah. Adanya hal-hal semakin
memperkeruh kondisi umat islam. Sampai pada akhirnya Ali bin Abi Tholib
terbunuh oleh seorang khowarij yang benama Abdur Rohman bin Muljam pada tanggal
17 Romadhon tahun 40 H.
Pada saat itu sebagian
masyarakat Islam di Arab, Irak dan Iran memilih dan mengangkat Hasan Ibn ‘Ali.
Akan tetapi, Hasan Ibn ‘Ali kemudian memberikan kekuasaannya kepada Muawiyah
Ibn Abi Soffan setelah menduduki jabatan selama kurang lebih 3 bulan. Hasan
melakukan hal tersebut karena ian menyadari kelemahan dan kekurangannya dalam
kepemimpinan. Hasan menganggap Muawiyah lebih cocok untuk memimpin umat Islam.
Pada tahun 661 M / 41 H terjadilah perpindahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi sofyan. Serah terima jabatan itu berlangsung di Kuffah,
sebuah kota pelabuhan yang makmur diteluk Persia. Dan kemudian dikenal dalam
sejarah Islam dengan “Amul Jama’ah”(tahun persatuan umat
islam). Muawiyah menerima kekhalifahan di Kuffah dengan
syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan. Dengan demikian berakhirlah
masa yang disebut Khulafaur Rasyidin, dan dimulailah kekuasan bani umayyah
dalam sejarah islam.3
Muawiyah menerima kekhalifahan
di Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni :
- Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk Irak
- Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka
- Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan tiap tahun
- Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham
- Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada Bani Abdis Syams.4
Sejak peristiwa Amul Jama’ah itu, Mu’awwiyah resmi menjadi khalifah baru umat
islam yang berpusat di Damaskus(Suriah). Perbedaan yang mencolok dinasti ini
dengan Khulafaur Rasyidin adalah terletak pada pergantian pemimpin yang
dilakukan secara turun temurun atau bentuk monarchi heredetis. Ini terletak
sebelum Mu’awwiyah meninggal, dia sudah menyiapkan Yazid bin Mu’awwiyah sebagai
putra mahkota menggantikan dirinya. Muawwiyah sebagai khalifah pertama dinasti
ini dan dialah yang dianggap sebagiai pendiri dari dinasti Um
B. Khalifah-Khalifah
pada masa Dinasti Umayyah
Dinasti umayyah memegang kekuasan islam selama 90 tahun dengan pusat
pemerintahan di Damaskus (Suriah). Selama kurun waktu tersebut pemerintahan
dipegang oleh 14 khalifah. Khalifah-khalifah iti diantaranya adalah:
1.Mua’awwiyah bin Abi Sofyan
(661-680M)
2. Yazid bin Mu’awwiyah
(680-683M)
3. Mu’awwiyah bin Yazid
(683-684M)
4. Marwan Bin Hakam
(684-685M)
5. Abdul Malik bin Marwan (685-705M)
6. Al-Walid bin Abdul Malik (705-715M)
7. Sulaiman bin Abdl Malik (715-717M)
8.Umar bin Abdul Aziz (717-720M)
9. Yazid bin Abdul Malik (720-724M)
10.Hisyam bin Abdul Malik (724-743M)
11.Walid bin Yazid (743-744M)
12.Yazid bin Walid (744M)
13.Ibrahim bin Walid (744-745M)
14.Marwan bin Muhammad (745-750M).5
C. Ekspansi yang dilakukan pada masa dinasti Umayyah
Kejayaan dinasti
Umayyah ditandai dengan capaian ekspansinya yang sangat luas. Langkah ekspansi
ini menunjukkan stabilitas politi Umayyah yang cukup mapan. Ekspansi masa
dinasti Umayyah ini merupakan kelanjutan dan perluasan dari apa saja yang telah
dicapai pada masa khulafaur Rasydin. Pada masa itu sempat berhenti disebabkan
konflik dan kekacauan di kalangan umat Islam.
1.
Perluasan ke Wilayah Barat
Begitu Mu’awwiyah
berhasil menduduki jabatan sebagai khalifah umat islam, ia langsung membuat
langkah-langkah strategis untuk mengembangkan kekuasaannya. Mu’awwiyah berusaha
mematahan imperium Bizantium, dengan merebut kota Konstantinopel. Mu’awwiyah
membayangkan dengan jatuhnya kota Konstantinopel akan menyebabkan jatuhnya
imperium Bizantium.
Untuk kepentingan ini,
Mu’awwiyah mempersiapkan armadanya yang telah dilengkapi dengan persenjataan
lengkap, bahkan armada Mu’awwiyah jauh lebih besar dari armada Bizantium yang
bermarkas di antai Licya. Maka mulailah bertolak armada Mu’awwiyah, setiap
pulau yang dilewati di laut tengah berhasil ditaklukkan satu persatu seperti
pulau Rhodes, pulau Kreta. Dan juga diserangnya pulau-pulai Sisilia dan
pulau-pulau Arwad. Ini adalah pulau yang terdapat di sebelah barat laut
Marmora. Kemudian Mu’awwiyah terus bertolak untuk mengepung kota
Konstantinopel. Ketika itu tentara muslimin oleh Yazid bin Mu’awwiyah dan
didampingi oleh Abu Ayyub al-Anshar, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Umar dan
Banu Abbas.
Meskipun penyerangan
terus dilancarkan oleh pasukan Islam, tampaknya saat itu pasukan Bizantium amat
tangguh dan juga didukung oleh medan yang sudah dikenalnya serta dekat dengan
ibu kota. Dibandingkan dengan tentara islam yang jauh dari basis
mereka.walaupun orang islam telah membangun pangkalan di laut Marmora tetapi
masih belum bisa menembus benteng Istambul. Sekitar tahun 677M, Mu’awwiyah
memutuskan untuk menghentikan serangan dan berdamai dengan Bizantium setelah
pasukan islam mengalami beberapa kekalahan.
Pada masa kekhalifahan
Sulaiman bin Abdul Malik yang saat itu merasa kekuatan islam sudah cukup kuat
untuk merebut Konstantinopel kembali, maka dengan jumlah armada dan tentara
yang lebih besar lebih kurang 80.000 orang dan 1800 kapal mengepung ibu kota
musuh selama setahun penuh(Agustus 717-718) tetapi sekali lagi pasukan islam
harus mengakui bahwa kota tersebut terlalu kuat bagi para penyerang, sehingga
pemerintahan pusat memerintahkan menarik mundur ekspedisinya ini, dan
mengarahkan ke wilayah lain.
2. Penaklukan di Afrika Utara
Wilayah-wilayah
disekitar pantai Afrika Utara umumnya berada dalam kekuasaan Romawi, dan
diperintah oleh satuan-satuan tentara Romawi. Sedangkan daerah gurun sahara dan
daerah pertanian yang memanjang sampai pantai Atlantik dibarat dan sampai
kenegara Sudan di selatan merupakan negeri-negeri merdeka, dikuasai oleh
raja-raja barbar. Bangsa Romawi dan bangsa Eropa belum sanggup mengalahkan suku
barbar ini, pola hidup mereka masih nomaden.
Sebelum pada zaman
Usman orang-orang Arab telah mencapai Barqah dan Tripoli di Libya, kemudian
Mu’awwiyah bertekad merebut kekuasaan dari Romawi di Afrika utara. Tugas ini dipercayakan
pada Uqbah bin Nafi yang sebelumnya juga sudah ditempatkan di Barqah semenjak
daerah tersebut ditaklukkan. Dengan dukungan orang Barbar dia mengalahkan
tentara Bizantium di Ifriyah(Tunisia). Pada tahun 670M Uqbah mendirikan kota
Qairawan sebagai kota islam dan markas bala tentara.
Pada tahun 681M Uqbah
bin Nafi memimpin ekspansi besar-besaran ke barat sampai mencapai Atlantik.
Tetapi dalam perjalanan pulang dia diserang dan dibunuh oleh kepala suku Barbar
Kusaylah dan Kahira. Dengan tewasnya Uqbah bin Nafi dan kalahnya satuan-satuan
mereka, maka untuk kedua kalinya kekuasaan kembali ke tangan Bizantium di
daerah pantai dan ke tangan Kusylah di daerah pedalaman. Pasukan-pasukan
muslimin mengundurkan diri dari Qairawan ke Barqah. Kemudian Abd al-Aziz bin
Marwan gubernur di Mesir berusaha mengembalikan kekuasaan muslimin dengan
mengirimkan satuan-satuan, tetapi satuan-satuan tersebut kalah.
Ketika jabatan khalifah
dipegang oleh Abdul Malik, bani Umayyah mulai bangkit kembali. Abdul malik
mengirimkan satuan yang besar duu bawah pimpinan Hasan bin Mu’man
Al-Ghasani(689M) berhasil mengusur Romawi dari Afrika Utara. Begitu juga dengan
suku Barbar berhasil dipatahkan kekuatannya.
Dalam periode
selanjutnya, di awal pemerintahan Al-Walid,Musa bin Nushair ditunjuk menjadi
gubernur Ifriqiyah. Dia berhasil melenyapkan sisa-sisa kekuatan yang tadinya
masih dimiliki oleh suku-suku Barbar. Maka antara tahun 705-708M Musa bin
Nushair mencapai Atlantik dengan kekuatan besar. dia juga menaklukkan
Thanjah(Tanqiera) dan kota Septah(Ceuta) yang terletak dipantai Afrika paling
utara yang sebelumnya takluk kepada raja-raja Ghot. Dengan demikian kaum
muslimin mendapat kemenangan dan stabilitas di kawasan ini.
3. Ekspansi ke Spanyol
Wilayah Spanyol atau
yang orang Arab menyebutnya dengan Andalusia merupakan semenanjung yang
merupakan pintu gerbang untuk memasuki laut tengah. Setelah berjaya di Afrika
Utara, tentara islam ingin melanjutkan ekspansi ke daratan Eropa. Spanyol pada
saat itu dikuasai oleh otokrasi keci Visigoth di bawah raja Roderick.6
Bulan juli 710M
sebanyak 400 orang melakukan pengintaian yang mendapati bahwa laporan-laporan
mengenai banyaknya jarahan dan lemahnya pertahanan. Karena itu tahun
berikutnya, seorang Barbar pembantu Musa bin Nushai bernama Tariq bin
Ziad (yang namanya dipakai untuk Gilbraltar-Jabal Tariq,gunung Tariq)
menyeberangi selat dengan 7000 orang, kebanyakan orang Barbar. Sementara raja
Roderick sedang berada di bagian utara, orang-orang islam berhasil memantapkan
kedudukan mereka di Algeciras. Ketika Roderick akhirnya bergerak ke selatan
untuk menghadapi orang-orang islam, yang sekarang diperkuat dengan tambahan
5000 orang lagi, dia dikalahkan.
Seluruh Spanyol
sekarang terbuka bagi orang-orang islam. Sisa orang-orang Visigoth tercerai
berai. Di sana sini kepala beberapa daerah melakukan perlawanan, tetapi
sebagian besar bisa dikalahkan dalam waktu singkat.7
Dengan kemenangan itu
kemudian Tariq terus menaklukkan kota demi kota dan mengembangkan kekuasaan di
Spanyol. Dia berhasil menaklukkan kota Cordova, Granada, dan Toledo(Tolado
dimasa itu adalah ibukota kerajaan Ghot). Setelah itu Musa bin Nushai juga
bertolak ke Spanyol untuk bahu membahu dengan Tariq menaklukkan kota-kota
Spanyol, dia berhasil merebut kota Karma, Musa melanjutkan perjalanan ke kota
Toledo dia sehingga bertemu dengan Tariq.
Kemudian pasukan Musa
dan Tariq melanjutkan perjalanan ke utara dan berhasil menaklukkan kota
Barcelona dan Saragosa. Daerah-daerah Aragon dan Castilla pun bertekuk lutut
pada mereka. Pasukan islam terus menuju ke timur laut sampai ke gunung Pyrenia.
Namun tentara islam tidak tuntas menaklukkan pegunungan yang terletak di laut
Calicia. Yang merupakan tempat pelarian dan pesembunyian bangsa Ghot dari
serangan tentara islam.
4. Perluasan ke wilayah
Timur
Penaklukan ke wilayah
timur juga mendapat hasil yang cukup gemilang. Dian tara penaklukan ke wilayah
timur ini adalah ke daerah Sind. Yang dimaksud denagn daerah Sind adalah negri
yang melingkari sungan Sind(Indus) membentang dari Iran sampai pegunungan
Himalaya. Negeri Sind ini sebagian besar termasuk negara Pakistan.wakil
gubernur Basrah, Muhammad bin Qasim, berangkat melalui persia selatan dan
Bulukhistan, mencapai Sind (711M) dan Punjab selatan (713M).
Untuk mencapai negeri
Sind ini bukanlah mudah, banyak rintangan dan pertempuran di setiap daerah yang
dilalui. Yang terakhir yaitu pertempuran dengan raja Sind(Dahar). Dalam
pertempuran, Dahar melarikan diri sehingga pasukan kucar-kacir dan banyak yang
ditawan oleh pasukan muslim. Dengan hancurnya pasukan Dahar maka terbentanglah
jalan Muhammad bin Qasim dan pasukannya menguasai seluruh Sind sehingga sampai
ke Kasymir. Di antara faktor penting kaum muslimin mencapai kemenangan, dengan
cepat di Sind adalah karena mendapatkan bantuan dari suku Med dan Zeth.8
D. Dakwah dan
Kondisi Masyarakat pada Masa Umayyah
Dimulai
sejak pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib, dan selanjtnya dan selanjutnya masuk
pada masa pemerintahan Umayah, kaum muslimin telah pecah menjadi tiga kelompok:
pendukung Mu’awiyah, Syi’ah (kelompok pendukung Ali R.A) dan Khawarij sebagai
kelompok penentang Ali R.A dan Mu’awiyah. Kelompok syia’ah yang pada mulanya
berbasis di Arab Selatan yang pernah dikuasai oleh Sasanian (Persia), namun
dengan masuknya Islam ke Persia dan mereka memeluk Islam mulai masa Khulafaur-
Rasyidin (masa khilafah Umar r.a), kemudian orang-orang muslim Persia sangat
mendukung kkaum Syi’ah setelah Mukhtar Ibn ‘Ubaid mendirikan dan memimpin
gerakan Syi’ah Kaisiniah. Bahkan sejak masa khilafah Ali r.a, bahwa Persia,
selain Kufah, merupakan daerah-daerah Syi’ah terpenting.
Dengan demikian, masa pemerintahan
Umayah menghadapi tantangan dari dalam, yaitu kaum Khawarij dan kaum Syi’ah
merupakan lawan politik yang turut mempengaruhi jalannya dakwah Islam dalam
pemerintahan Umayah. Akan tetapi, pada masa awal pemerintahan Daulah Umayah, khalifah-khalifah
Dinasti ini masih dapat melakukan usaha-usaha yang mndukng keberhasilan dakwah
Islam dengan melalui penyebaran Islam ke berbagai wilayah, selain usaha
memajukan kebudayaan Islam dan Arab.9
Diantara
usaha-usaha yang dilakukan Daulah Umayah, yaitu:
(1)
Ekspansi
Islam kedua terjadi pada masa Daulah Umayah, dan pada masa ini daerah-daerah
yang dikuasai meliputi: Spanyol,Afrika Utara, Syuria, Palestina, Arabia, Irak,
Sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, India, (sekarang: Pakistan), Turkmenia,
Uzbekistan, dan Kirgis (Asia Tengah).
(2)
Meningkatkan
pembangunan sarana ibadah yang sekaligus merupakan pendukung sarana dakwah,
seperti: Katedral St. Jhon di Damaskus dirubah menjadi Masjid, Katedral di Hims
dipakai untuk Masjid sekaligus untuk gereja, di Al-Quds (Jeresalem) Abd
al-Malik membanagun Al-Aqsha, dibangunnya masjid Kordova, Masjid Mekkah dan
Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh khalifahn Abd al-Malik dan Al-Walid.
(3)
Khalifah
Daulah Umayah memberikan perhatian besar kepada ilmu-ilmu keislaman, seperti:
tafsir, hadits, ilmu kalam, fiqh, dan bahasa (Arab), sehingga mulailah timbil
nama-nama ilmuan muslim terkenal seperti Hasan al-Bisri, Ibn Shihab al-Zuhri,
Washil bin Atha’ dan lain-lain. Kegiatan ilmiah ini bepusat di Kuffah dan
Bashrah, Irak. Kegiatan ilmiah dan munculnya para ilmuan muslim diberbagai
bidang keislaman ini memberikan dukungan terhadap penyiaran Islam dan pembinaan
Islam di kalangan umat Islam.
(4)
Dihidupkannya
kembali syair-syair jahiliyah dan timbulah ahli penyair pada masa itu, seperti
nama penyair terkenal ialah Majnun Laila, dan lainnya.
(5)
Dilakukannya
perubahan bahasa, administrasi, dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi dihanti
dengan bahasa Arab oleh Khalifah Abd al-Malik. Begitu pula
mata uang yang
semula menggunakan bahasa Persia Abd al-Malik diganti dengan tulisan bahasa
Arab. Bahasa administrasi juga dirubah, yang semula menggunakan bahasa
masing-masing daerah, kemudian dirubah menjadi bahasa Arab.Sungguhpun pada masa
Daulah Umayah selalu terjadi gerakan phlawan antara kelompok umat Islam
disebabkan faktor polotik, teologis bahkan kultural, namun penyiaran dakwah
Islam tetap dilakukan oleh khlifah Bani Umayah.
E. Strategi dalam mencapai tujuan Dakwah
Sasaran dakwah Islam ke beberapa wilayah kekuasaan Islam terbagi menjadi
lima (5) yaitu:
(1)
Sasaran
wilayah dakwah ke wilayah kekuasaan kerajaan Romawi Timur dan kerajaan Persia
dengan membuat batasan-batasan wilayah kekuasaan untuk tidak mendapatkan
ancaman dari kedua Kerajaan itu sekaligus untuk keselamatan dan perluasaan
wilayah dakwah Islam, sebab sebagian wilayah kekuasaan dua kerajaan itu telah
takluk ke wilayah Islam pada masa Khalifah Umar.
(2)
Medan
dakwah di Asia kecil
Ibu Kota Daulah
Umayah dipindahkan ke Damaskus selain karena alasan politis (keamanan dari
ancaman musuh) utamanya, juga berpengaruh terhadap perluasan dakwah Islam,
sebab selain Damaskus sebagai pusat pemerintahan, juga sebagai pusat kegiatan
dakwah Islam, dan perjuangan Dakwah Islam di wilayah Asia kecil menjadi sangat
penting.
(3)
Medan
dakwah Islam di Afrika Utara
Di Afrika Utara
juga dilakukan perluasan dakwah Islam dengan mengambil pusat di Kota Kairawan.
Selain Kairawan dijadikan pusat pemerintahan, juga sekaligus sebagai pusat
kegiatan dakwah Islam. perluasan dakwah Islam di wilayah ini, masuklah bangsa Barbary
kepada Islam, bangsa Barbary terkenal
bangsa yang berani dan setia, mereka dapat menjadi benteng penyebaran
dakwah Islam di Afrika Utara sehingga menjadi sangat kuat gerkan dakwah Islam.
ini terbukti dengan berhasilnya Thariq bin Ziyad (keturunan Barbar) berhasil
menyebrang ke Andalusia, selain dorongan faktor politik, juga motif dakwah
Islam. untuk lebih jelasnya mengenai dakwah Islam di Afrika Utara akan di bahas dalam bab tersendiri.
(4)
Sasaran
dakwah Islam ke Medan Timur
Melalui
ekspensi untuk memperluas wilayah kekuasaan juga sekaligus memperluas wilayah
dakwah Islam, maka pada masa Daulah Umayah sasaran dakwah Islam ke
daerah-daerah ke sebrang sungai dan sind, yaitu: Thukharistan dengan ibu kota
di Balkh (Bactria), Sughanian, Sughad, Samarkand, Bukhara, Farghanah,
Khuwarizm, Usyurusanah, dan Says.
Di daerah
seberang sungai dakwah Islam ke sind (Indus), Himalaya. Dari Sind (sekarang
Pakistan) dakwah Islam dapat diteruskan ke Asia Tenggara dan terus ke Timur
jauh. Pengaruh dakwah Islam di wilayah inilah, yang pada masa kemudian
menimbulkan penyiaran Islam ke Indonesia dengan berdirinya kerajaan Aceh
Darussalam di Asia Tenggara dengan ibu kota negara Banda Aceh Darussalam yang
dalam sejarah dikenal dengan kebanggaan Serambi Mekah.
(5)
Sasaran
wilayah dakwah ke Cina
Sejak abad ke-7 M. Perdagangan antara bangsa Cina, Persia, dan Arab
telah terjalin, ini jelas meberikan pengaruh kepada penyebaran Islam di Cina.
Bahkan ketika khalifah Usman mengirimkan seorang perwira untuk mengantarkan
pulang utusan Maharaja Cina (kerajaan T’ang:618-907 M) sesampai di Cina perwira
tinggi muslim itu dihormati dengan sepatutnya oleh Maharaja Cina.
Pada khalifah Al-Walid Islam
disiarkan ke Cina walaupun tidak mem[eroleh hasil yang maksimal karena
tantangan dari Maharaja Cina, selanjutnya Islam telah berhsil dianut oleh
masyarakat Cina sehingga agama Islam berkembang di Cina.
Faktor-faktor keberhasilan dakwah Islam pada masa Bani Umayah,
antara lain:
a.
Wilayah
kekuasaan Islam semakin meluas, sehingga membawa kepada perluasan dakwah Islam.
b.
Dukungan
dari khlaifah dengan jalan membuka pusat dakwah diberagai wilayah kekuasaan
bahkan penyebaran dakwah Islam keluar wilayah kekuasaan Islam, seperti Cina,
Sind dan lainnya.
c.
Faktor
politik dapat dijadikan alat pendukung dakwah. Dengan pendekatan politik dan
perhatian khalifah terhadap Islam, maka dakwah Islam pun turut berkembang.
d.
Gerakan
Arabisme, baik berkaitan dengan bahasa ataupun budaya Arab, yang memberikan
pengaruh terhadap penyiaran Islam, sehingga Islam pun dapat berkembang melalui
pendekatan bahasa dan budaya Arab.
e.
Perhatian
besar khalifah Umayah terhadap ilmu-ilmu Islam dengan dibentuknya pusat-pusat
kegiatan ilmu dan dakwah Islam, serta
f.
Kaum
muslimin yang menentang pemerintah pada masa awal kekuasaan Umayah dapat
diatasi sehingga perluasan wilayah Islam dapat membawa perkembangan dakwah
Islam.10
Dengan adanya gelombang perlawanan
dari pihak Syi’ah dan Bani Abass makin kuat ditambah faktor internal di
kalangan Daulah Umayah mengalami kemunduran dan jatuhnya dari pihak musuh
(Syi’ah dan Bani Abbas).
Adapun sebab yang membawa kelemahan dan terjatuhnya Daulah Umayah,
antara lain:
1.
Persaingan
di kalangan anggota-anggota istana Dinasti Umayah untuk merebut pengaruh dan kekuasaan politik.
2.
Hidup
mewah dikalangan istana Daulah Umayah.
3.
Pertentangan
suku Arab Selatan dan Arab Utara yang mengacau ketentraman dan kelancaran
pemerintah Umayah.
4.
Tantanagan
keras dari kaum Khawarij dan Syi’ah yang bekerja sama dengan Bani Abbas (Bani
Hasyim) sebagai kekuatan baru, yang pada akhirnya Daulah Umayah jatuh pada
tahun 750 M. Dan Bani Umayah digantikan oleh Bani Abbas (Daulah Abbasiyah).
BAB III
KESIMPULAN
·
Berdirinya
Dinasti Umayyah
Dinasti
Bani Umayyah merupakan masa kekerajaan, dimana pada waktu itu merupakan masa
pemerintahan kerajaan pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin. Sistem
pemerintahan dilakukan secara monarki herdetis atau pergantian pemimpin
dilakukan secara turun temurun.
Dinasti Umayyah berkuasa hampir satu Abad, tepatnya selama 90 tahun
(661-750 M / 41-132 H). dan selama pemerintahan Bani Umayyah telah berkuasa
sebanyak 14 Khalifah.
·
Diantara
para khalifah yang memiliki jasa besar dalam dinasti Bani Umayyah, antara lain:
- Muawiyah Ibn Abi soffan (41-60 H / 661-680 M)
- Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 H / 685-705 M)
- Walid Ibn Abdul Malik (86-96 H / 705-715 M)
- Umar Ibn Abdul Aziz (99-101 H / 717-720 M)
- Hasyim Ibn Abdul Malik (105-125 H / 724-743 M)
·
Diantara
usaha-usaha yang dilakukan Daulah Umayah untuk mencapai tujuan Dakwah Islam,
yaitu:
a.
Ekspansi
Islam kedua terjadi pada masa Daulah Umayah, dan pada masa ini daerah-daerah
yang dikuasai meliputi: Spanyol,Afrika Utara, Syuria, Palestina, Arabia, Irak,
Sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, India, (sekarang: Pakistan),
Turkmenia, Uzbekistan, dan Kirgis (Asia Tengah).
b.
Meningkatkan
pembangunan sarana ibadah yang sekaligus merupakan pendukung sarana dakwah,
seperti: Katedral St. Jhon di Damaskus dirubah menjadi Masjid, Katedral di Hims
dipakai untuk Masjid sekaligus untuk gereja, di Al-Quds (Jeresalem) Abd
al-Malik membanagun Al-Aqsha, dibangunnya masjid Kordova, Masjid Mekkah dan
Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh khalifahn Abd al-Malik dan Al-Walid.
c.
Khalifah
Daulah Umayah memberikan perhatian besar kepada ilmu-ilmu keislaman, seperti:
tafsir, hadits, ilmu kalam, fiqh, dan bahasa (Arab), sehingga mulailah timbil
nama-nama ilmuan muslim terkenal seperti Hasan al-Bisri, Ibn Shihab al-Zuhri,
Washil bin Atha’ dan lain-lain. Kegiatan ilmiah ini bepusat di Kuffah dan
Bashrah, Irak. Kegiatan ilmiah dan munculnya para ilmuan muslim diberbagai
bidang keislaman ini memberikan dukungan terhadap penyiaran Islam dan pembinaan
Islam di kalangan umat Islam.
d.
Dihidupkannya
kembali syair-syair jahiliyah dan timbulah ahli penyair pada masa itu, seperti
nama penyair terkenal ialah Majnun Laila, dan lainnya.
e.
Dilakukannya
perubahan bahasa, administrasi, dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi dihanti
dengan bahasa Arab oleh Khalifah Abd al-Malik. Begitu pula
mata uang yang
semula menggunakan bahasa Persia Abd al-Malik diganti dengan tulisan bahasa
Arab. Bahasa administrasi juga dirubah, yang semula menggunakan bahasa masing-masing
daerah, kemudian dirubah menjadi bahasa Arab.Sungguhpun pada masa Daulah Umayah
selalu terjadi gerakan phlawan antara kelompok umat Islam disebabkan faktor
polotik, teologis bahkan kultural, namun penyiaran dakwah Islam tetap dilakukan
oleh khlifah Bani Umayah.
Daftar Pustaka
·
Abdul Syukur, sejarah dakwah di
dunia Islam,Fakultas Dakwah IAIN Raden Intan Bandar Lampung.2010
· Ahmad jamii, sejarah kebudayaan islam
MAN.Gresik:Putra kembar jaya.2008
·
Fu’adi imam,
sejarah peradaban islam, Yogyakarta: Teras.2011
·
Istianah Abu
Bakar, Sejarah Peradaban Islam. Malang:UIN-Malang Press 2008
·
W.Montgomery
Watt.Kejayaan Islam, Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya.1990
·
aagun74alqabas.wordpress.com/.../perkembangan-dan-keruntuhandinasti
umayyah
·
Namestic.wordpress.com/fiqh-ibadah/sejarah-dakwah
[9]Abdul syukur, sejarah
dakwah di dunia islam, Bandar Lampung:Fakultas Dakwah IAIN RI. 2010, hal 43-44
[10]Abdul syukur, sejarah
dakwah di dunia islam, Bandar Lampung:Fakultas Dakwah IAIN RI. 2010, hal
48-49.